-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Tegang! Prabowo Disebut Pernah Marah ke Kapolri, Ada Jenderal Berprestasi yang Diabaikan

Selasa, 14 Oktober 2025 | 18.05 WIB | 0 Views Last Updated 2025-10-14T11:05:14Z

Ilustrasi 

Banyuasin Pos — Suasana di internal Kepolisian Republik Indonesia tampaknya sedang tidak tenang. Di balik wacana reformasi Polri, perbincangan soal siapa yang akan menggantikan Jenderal Listyo Sigit Prabowo sebagai Kapolri mulai memanas. Dua kekuatan besar dikabarkan tengah saling bersiap: satu dari lingkaran Kapolri saat ini, dan satu lagi dari lingkaran Istana.


Kolonel (Purn) Sri Radjasa, mantan perwira intelijen, mengungkap bahwa kini tengah terjadi “adu kuat” antara kubu Jenderal Listyo dan kubu Presiden Prabowo Subianto. “Kubu Sigit sudah menyiapkan ‘putra mahkota’, sedangkan kubu Presiden punya ‘kuda hitam’ yang diam-diam tengah dipersiapkan,” ujarnya.


Sri Radjasa juga menyinggung adanya ketegangan antara Presiden Prabowo dan Kapolri Listyo Sigit beberapa waktu lalu. Ia menyebut, Presiden pernah marah karena perintah untuk mempromosikan seorang jenderal berprestasi diabaikan. “Mutasi keluar, tapi nama yang diperintahkan Presiden tidak muncul. Akhirnya jenderal itu baru disusulkan di SKEP berikutnya,” kata Sri Radjasa.


Ia menilai peristiwa itu bukan hal sepele. Menurutnya, tindakan mengabaikan perintah kepala negara bisa dikategorikan sebagai insubordinasi. “Sanksinya bisa berat, mulai dari penjara hingga pemberhentian,” tegasnya.


Di sisi lain, Sri Radjasa menyebut bahwa Presiden Prabowo sebenarnya sudah memiliki calon Kapolri pilihannya sendiri. Sosok itu disebut masih berpangkat bintang dua, lulusan terbaik Akademi Kepolisian dengan penghargaan Adhi Makayasa, dan kini menjabat sebagai Kapolda. “Ia sadar sedang menjadi target. Setiap langkahnya diawasi dan dicari-cari kesalahannya,” ucapnya.


Meski belum berpangkat bintang empat, peluang sang kandidat dinilai tetap terbuka lebar. “Dalam sejarah Polri, pernah ada yang naik dari bintang dua langsung ke bintang empat hanya dalam dua hari. Itu hak prerogatif Presiden,” tambahnya.


Sementara itu, di kubu Kapolri Listyo, dua nama disebut sudah disiapkan sebagai calon penerus. Mereka adalah Komjen Dedi Prasetyo yang kini menjabat Wakapolri, dan Komjen Suyudi Ario Seto yang saat ini memimpin Badan Narkotika Nasional (BNN).


Menurut Sri Radjasa, karier keduanya tidak bisa dilepaskan dari pengaruh Kapolri. Ia bahkan menyebut percepatan karier Suyudi memunculkan gesekan di internal Polri. “Ada kesan bahwa ini bagian dari upaya untuk memuluskan jalan mereka menjadi Kapolri atau Wakapolri kelak,” katanya.


Sri juga mengungkap bahwa beredar kabar seolah Presiden sudah mengusulkan dua nama itu ke DPR. Namun, menurutnya isu itu tidak benar. “Saya sudah cek ke pihak DPR. Tidak ada surat yang dimaksud,” tegasnya.


Perebutan kursi Kapolri memang bukan perkara ringan. Jabatan ini bukan hanya soal pangkat dan bintang di pundak, tetapi juga tentang arah kebijakan keamanan nasional, pengaruh politik, dan masa depan reformasi kepolisian.

Satu hal yang pasti — siapa pun yang terpilih nanti, ia akan memikul beban besar untuk menjaga kepercayaan publik dan nama baik institusi Polri (***) 

×
Berita Terbaru Update