![]() |
| Krisis air bersih di Banyuasin terus berlanjut. Warga masih bergantung pada hujan karena air PDAM hanya mengalir seminggu sekali. Ilustrasi: Banyuasin Pos |
Pangkalan Balai, Banyuasin Pos –Masalah krisis air bersih di Kabupaten Banyuasin tampaknya belum menemukan titik terang. Hingga akhir Oktober 2025, ribuan warga di sejumlah kecamatan masih kesulitan mendapatkan pasokan air layak pakai. Saat musim kemarau, sumur warga mengering, sementara air dari PDAM Tirta Betuah Banyuasin hanya mengalir seminggu sekali dengan debit kecil—jauh dari cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
“Air PAM paling hidup dua jam seminggu. Kadang malah tidak sama sekali. Jadi kalau hujan turun, barulah kami bisa menampung air dan merasa lega,” ujar D, warga Kecamatan Pangkalan Balai, menggambarkan kondisi yang kini menjadi rutinitas tahunan.
Di tengah keluhan masyarakat, pemerintah daerah berupaya mencari solusi jangka panjang. Jumat (24/10), Sekretaris Daerah Kabupaten Banyuasin Ir. Erwin Ibrahim, S.T., M.M., M.B.A., IPU., ASEAN Eng menghadiri Rapat Tindak Lanjut MOU antara PT Tirta Sriwijaya Maju (TSM) dan PDAM Tirta Betuah Banyuasin, yang digelar di Hotel Harper Palembang.
Rapat tersebut membahas langkah konkret kerja sama antara pemerintah daerah dan pihak ketiga dalam penyediaan infrastruktur air bersih. Kolaborasi ini diharapkan menjadi terobosan dalam memperbaiki pelayanan air minum di wilayah yang selama ini sering mengalami kekeringan dan gangguan distribusi. Sekda Erwin menegaskan bahwa kerja sama ini harus segera direalisasikan agar manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.
“Kita berharap pelaksanaan kerja sama PT TSM dan PDAM Tirta Betuah bisa segera dimulai. Masalah air bersih ini sudah sangat mendesak dan menyangkut kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Rapat tersebut turut dihadiri oleh Kepala Bappeda Banyuasin Dr. dr. Hj. Rini Pratiwi, M.Kes., FISQua, Pengendali Teknis BPKP Sumsel Subagio, S.Ak., M.Si, serta Direktur Utama PDAM Tirta Betuah H. Hendra Gunawan, S.T., M.M. dan Direktur PT TSM Adib Ubaydilla.
Masyarakat Banyuasin kini menanti bukti nyata dari berbagai rapat dan perjanjian kerja sama yang telah dilakukan. Sebab hingga hari ini, air masih menjadi barang mewah di sebagian besar desa dan kawasan padat penduduk. Banyak warga hanya mengandalkan air hujan atau membeli air galon untuk kebutuhan sehari-hari. Pertanyaan besar yang selalu muncul di tengah keresahan publik: Sampai kapan warga Banyuasin harus menunggu air mengalir dari keran rumah mereka sendiri? Karena sejauh ini, hanya alam (hujan)—bukan pemerintah—yang benar-benar memberi solusi air bersih.



