-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Ratusan Santri Geruduk Gedung Transmedia! NU Tuntut Trans7 Minta Maaf Terbuka soal Tayangan Kontroversial

Rabu, 15 Oktober 2025 | 14.42 WIB | 0 Views Last Updated 2025-10-16T01:41:38Z

Gedung Transmedia


Banyuasin Pos – Ratusan kader Nahdlatul Ulama (NU) dan alumni pesantren dari berbagai daerah mendatangi Gedung Transmedia, Jakarta Selatan, pada Rabu (15/10/2025). Aksi bertajuk “Silaturahim dan Meruwat Trans7” ini digelar sebagai bentuk protes terhadap tayangan Xpose Uncensored Trans7 yang dianggap merendahkan martabat kiai dan pesantren.


Massa mulai memadati area sekitar gedung sejak pukul 09.00 WIB. Mereka hadir dengan busana khas santri — baju koko putih, sarung, dan peci hitam — sambil membawa spanduk berisi kecaman terhadap program tersebut. Dari atas mobil komando, sejumlah orator bergantian menyuarakan tuntutan. Gema takbir dan seruan “Boikot Trans7!” berkali-kali terdengar di tengah aksi damai itu.


“Ini bukan sekadar unjuk rasa, tetapi bentuk kecintaan kami terhadap pesantren. Kami ingin Trans7 menghargai kiai dan santri sebagai penjaga moral bangsa,” tegas Lukman Hakim Hamid, salah satu orator aksi.


Aksi ini bermula dari tayangan Xpose Uncensored pada Senin (13/10/2025), yang menyoroti kehidupan pesantren dengan narasi dinilai tidak berimbang. Dalam salah satu segmennya, kiai disebut sebagai “orang kaya dari amplop santri”, disertai potongan gambar yang menampilkan kemewahan tanpa penjelasan kontekstual. Tidak adanya klarifikasi atau narasumber resmi membuat tayangan tersebut dianggap menyesatkan dan mencoreng nama baik pesantren, terutama Pondok Pesantren Lirboyo di Jawa Timur.


Menanggapi hal itu, PWNU DKI Jakarta segera mengeluarkan surat instruksi kepada seluruh jajaran dan alumni pesantren untuk melakukan aksi damai sebagai bentuk teguran terbuka terhadap pihak Trans7.


Dalam pernyataannya, NU menyampaikan lima tuntutan utama kepada manajemen Trans7:

  1. Permintaan maaf terbuka kepada masyarakat pesantren dan publik melalui siaran resmi.

  2. Klarifikasi menyeluruh terhadap konten tayangan Xpose Uncensored.

  3. Evaluasi internal terhadap tim redaksi dan produksi agar kejadian serupa tidak terulang.

  4. Komitmen menjaga etika jurnalistik, khususnya terkait isu agama dan lembaga pendidikan pesantren.

  5. Dialog terbuka dengan tokoh NU dan pesantren untuk penyelesaian secara bermartabat.


“Kami tidak menolak kritik, tetapi kami menolak cara yang mencederai martabat pesantren. Media harus bertanggung jawab atas dampak pemberitaannya,” ujar Ketua PWNU DKI Jakarta, Dr. KH. Samsul Ma’arif, MA.


Dalam aksi itu, peserta juga menyerukan agar Chairul Tanjung, pemilik Transmedia, turun langsung menemui massa. Seruan “Chairul Tanjung keluar!” menggema ketika perwakilan NU melakukan mediasi dengan pihak Trans7 di dalam gedung.


Menanggapi tekanan publik tersebut, Direktur Produksi Trans7, Andi Chairil, telah menyampaikan permintaan maaf resmi melalui kanal YouTube Trans7 Official pada Selasa (14/10/2025).


“Kami mengakui adanya kelalaian dalam proses penyuntingan materi eksternal. Kami sudah meminta maaf kepada keluarga besar Pondok Pesantren Lirboyo dan akan melakukan evaluasi internal secara menyeluruh,” ujarnya.


Pihak Trans7 juga menyatakan kesiapannya untuk berdialog dengan tokoh NU guna menyelesaikan persoalan ini secara terbuka dan konstruktif.


Aksi damai yang digelar PWNU DKI Jakarta ini menjadi simbol bahwa kalangan pesantren siap mengawal etika media di Indonesia. NU menegaskan, langkah ini bukan bentuk permusuhan, melainkan teguran moral agar media lebih berhati-hati dan menghormati keberagaman serta kehormatan lembaga keagamaan di tanah air. (***)

×
Berita Terbaru Update