-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Gaza Menguji Kejujuran Pemimpin Dunia: Perdamaian atau Sekadar Aksi Panggung?

Selasa, 14 Oktober 2025 | 13.21 WIB | 0 Views Last Updated 2025-10-14T06:22:30Z
Pandangan Redaksi Banyuasin Pos 

Perang selalu menyisakan puing, tapi yang paling sulit dibangun kembali sesungguhnya bukan gedung atau jalanan — melainkan kepercayaan. Gaza menjadi panggung besar tempat dunia menyaksikan para pemimpin berkumpul, membicarakan perdamaian, mengangkat tangan dan tersenyum di depan kamera. Namun pertanyaan yang tak boleh kita abaikan: apakah senyum itu lahir dari empati yang tulus, atau sekadar diplomasi yang dipoles agar terlihat heroik?


Donald Trump menyebut para pemimpin dunia yang hadir di KTT Gaza sebagai “yang terkaya di dunia”, sekaligus mengakui bahwa pembicaraan perdamaian berlangsung “terlalu lancar hingga tak ada yang percaya”. Ucapan ini menarik. Di satu sisi, ia menggambarkan keseriusan para tokoh besar dunia yang akhirnya satu meja untuk membicarakan solusi. Di sisi lain, ada nuansa sinis — seakan dunia hanya mau bergerak ketika taruhannya adalah citra dan nama baik di hadapan publik internasional.


Momen seperti ini sering terjadi dalam sejarah: diplomasi yang tertib di depan kamera, namun rapuh di belakang layar. Gaza terlalu sering dijadikan simbol, tapi jarang benar-benar diperlakukan sebagai rumah bagi manusia yang ingin hidup normal. Mereka bukan angka statistik, mereka anak-anak yang ingin bermain tanpa suara sirene, orang tua yang ingin tidur tanpa takut bangunan runtuh menimpa tubuhnya.


Redaksi memandang bahwa ujian sesungguhnya bukanlah pada saat para pemimpin bernegosiasi di ruangan berpendingin udara, melainkan pada keberlanjutan tindakan setelah konferensi usai. Apakah akan ada pengiriman bantuan yang benar-benar sampai ke tangan warga? Apakah akan ada rekonstruksi yang transparan tanpa dikorupsi oleh kepentingan politik? Apakah semua negara yang mengaku peduli berani menolak suplai senjata ke wilayah konflik, meski merugikan industri militernya?


Kita berharap apa yang terlihat di KTT Gaza bukanlah sekadar koreografi politik yang tersusun rapi untuk dikonsumsi media. Dunia tidak membutuhkan aktor tambahan dalam drama kemanusiaan — dunia membutuhkan pekerja damai, bukan pemeran utama. Jika perdamaian memang disepakati, maka ia harus hadir dalam bentuk sekolah yang kembali berdiri, rumah yang dibangun ulang, dan warga yang tak lagi merasa hidupnya datang atas belas kasihan.


Sejarah selalu mencatat siapa yang benar-benar bekerja dan siapa yang hanya berbicara. Gaza tidak membutuhkan belas kasihan; Gaza membutuhkan kejujuran. Maka biarlah waktu yang menjawab: apakah para pemimpin dunia sedang membangun masa depan, atau hanya sedang membangun citra mereka sendiri? (***) 

×
Berita Terbaru Update