Notification

×

Iklan

Iklan

Reshuffle Itu Mirip Main Catur: Bidak Dipindah, Rakyat Tetap Jadi Papan

Kamis, 11 September 2025 | 13.23 WIB | 0 Views Last Updated 2025-09-11T07:06:07Z

Presiden Prabowo Subianto 
Oleh: M. Irwan P. Ratu Bangsawan
Pemimpin Redaksi Banyuasin Pos 

Ada orang bertanya, “Apa sih gunanya reshuffle kabinet? Kalau menteri diganti, apa hidup saya jadi lebih mudah, harga cabai turun, atau listrik tak lagi bikin dompet megap-megap?” Pertanyaan itu sederhana, tapi dalam. Sama seperti permainan catur: kita lihat bidak-bidak dipindahkan ke sana-sini, tapi papan catur tetap diam di tempatnya. Yang bergerak cuma pion, menteri, atau kuda politik, sementara rakyat tetap jadi papan, alas yang menopang semua drama.


Presiden, tentu saja, punya hak prerogatif. Beliau ingin mencari yang terbaik, mengatur strategi, agar langkah menuju kemenangan mulus. Tapi bagi rakyat kecil, reshuffle kadang terasa seperti ganti pemain bola tengah pertandingan: heboh di layar televisi, tapi di warung kopi tetap saja obrolannya soal beras dan pekerjaan.


Jangan salah, reshuffle memang penting. Ada menteri yang sudah letih, ada yang mungkin terlalu banyak janji, ada juga yang dianggap tak seirama dengan dirigen besar bernama presiden. Maka diganti. Wajar. Seperti dalam catur, kalau kuda jalan miring-miring terus, ya terpaksa digeser atau disingkirkan.


Namun ada satu yang sering kita lupakan: seberapa jauh perpindahan bidak itu membawa perubahan nyata bagi papan? Rakyat, dengan segala sabarnya, tetap menunggu langkah berikutnya. Apakah setelah ini, jalan ke sawah lebih gampang? Apakah anak muda lebih mudah cari kerja? Atau reshuffle hanya sekadar memoles wajah kabinet, agar tampak segar di mata kamera?


Mungkin, reshuffle adalah pesan sunyi yang perlu kita renungkan: jangan hanya sibuk menonton bidak digeser, tapi tanyakan juga, “Apa kabar papan tempat kita berpijak?” Karena tanpa papan yang kuat, semua bidak, bahkan raja sekalipun, tak akan bisa berdiri (***) 

×
Berita Terbaru Update