Notification

×

Iklan

Iklan

Air Mata Pejabat dan Ribuan Anak Jadi Korban

Sabtu, 27 September 2025 | 09.00 WIB | 0 Views Last Updated 2025-09-27T02:00:00Z

Ilustrasi 
Oleh: M. Irwan P. Ratu Bangsawan 
Pemimpin Redaksi Banyuasin Pos 

Ada satu pemandangan yang membuat kita terdiam: seorang pejabat menangis di depan kamera. Air mata itu bukan karena kalah dalam politik atau tersingkir dari jabatan, tapi karena ribuan anak yang seharusnya menikmati makan bergizi gratis justru harus menanggung sakit akibat keracunan. Tangis itu pecah, dan sejenak kita melihat sisi manusiawi dari sosok yang biasanya berbicara dengan angka dan data.


Saya teringat kalimat sederhana yang ia ucapkan, “Saya seorang ibu.” Nanik S Deyang, Wakil Kepala BGN, mendadak melepas topeng birokrasi dan berbicara dari ruang paling dalam hatinya. Ia tak lagi sekadar pejabat, melainkan seorang ibu yang merasa gagal menjaga anak-anak bangsa. Ada ketulusan di sana, ada luka yang ingin ia bagi.


Tetapi pertanyaan pun muncul: apakah air mata itu cukup? Orang tua yang melihat anaknya muntah dan lemas tentu tidak bisa hanya ditenangkan dengan permintaan maaf. Air mata memang menyentuh, tapi anak-anak tetap butuh jaminan bahwa kejadian semacam ini tidak lagi terulang. Rakyat menunggu bukan sekadar belasungkawa, melainkan langkah nyata yang bisa melindungi masa depan mereka.


Di sinilah ironi menyapa. Sebuah program bernama makan bergizi gratis—yang maksudnya mulia—malah berubah jadi duka massal. Kita semua paham niatnya baik, ingin memberi gizi pada generasi muda. Tapi niat baik tanpa ketelitian bisa jadi bumerang. Seperti ibu yang penuh cinta ingin menyuapi anaknya, tapi lupa memastikan makanannya aman.


Air mata pejabat mungkin bisa menjadi pengingat, asalkan disertai perubahan yang nyata. Masyarakat Indonesia bukan bangsa yang kejam, mereka bisa memaafkan bila ada tanggung jawab yang benar-benar dijalankan. Pada akhirnya, anak-anak itu bukan hanya tanggung jawab orang tua, tapi juga tanggung jawab kita semua. Dari air mata itulah kita diingatkan: anak-anak jauh lebih berharga daripada sekadar angka statistik atau nama program di baliho (***) 

×
Berita Terbaru Update