Notification

×

Iklan

Iklan

Tak Sekadar Masak, Inilah Tradisi Neko yang Penuh Canda dan Keakraban

Sabtu, 16 Agustus 2025 | 18.48.00 WIB | 0 Views Last Updated 2025-08-16T11:48:24Z
Sambetan dan Neko

Orang Melayu Banyuasin (OMB) memiliki tradisi khas yang disebut neko. Tradisi ini merupakan bentuk gotong royong (sambetan) dalam menyiapkan hidangan untuk pesta pernikahan. Biasanya, kegiatan neko berlangsung sejak hari Jumat hingga Sabtu malam, lalu pada hari Ahad pesta pernikahan digelar.


Peran para ibu sangat penting dalam tradisi ini. Mereka mendampingi pemimpin kegiatan yang disebut Teko, mulai dari meracik bumbu hingga memasak aneka lauk-pauk. Suasana neko selalu meriah; para ibu sambil bekerja juga bercengkerama, berbagi cerita, bahkan bercanda sehingga tercipta keakraban.


Salah satu kegiatan yang khas adalah begesah, yaitu tradisi bercerita ala OMB yang diselingi tawa dan senda gurau. Dalam begesah, para ibu bersama Teko berbagi kisah pengalaman hidup, cerita lucu, hingga membicarakan kabar terbaru yang tengah ramai di masyarakat.


Di bawah arahan Teko, para ibu menggunakan bahan-bahan segar untuk menghasilkan hidangan lezat yang akan disajikan di pesta pernikahan. Walaupun melelahkan, kegiatan neko dijalani dengan penuh semangat dan kegembiraan. Tradisi ini tidak hanya menjadi ajang memasak bersama, tetapi juga mempererat hubungan sosial antaranggota komunitas.


Lebih dari itu, neko merupakan sarana melestarikan budaya dan adat istiadat OMB. Nilai-nilai gotong royong, kebersamaan, serta kerjasama tercermin kuat dalam setiap tahapnya. Hidangan yang tersaji pun menjadi bukti cinta, keahlian, dan kekompakan masyarakat.


Setiap pelaksanaan neko memiliki nuansa berbeda, namun semangat kebersamaan selalu terasa sama. Hingga kini, di tengah arus modernisasi, tradisi ini tetap dijaga sebagai simbol persatuan sekaligus warisan budaya yang membanggakan.


Dengan terus dilestarikan, tradisi neko menjadi bukti nyata kuatnya ikatan sosial masyarakat OMB, sekaligus media untuk memperkenalkan kuliner khas mereka. Harapannya, tradisi ini dapat terus diwariskan kepada generasi muda, agar tetap hidup sebagai bagian penting dari identitas budaya Orang Melayu Banyuasin (***) 

×
Berita Terbaru Update