Notification

×

Iklan

Iklan

Presiden Murka Soal Beras Oplosan

Jumat, 01 Agustus 2025 | 10.00.00 WIB | 0 Views Last Updated 2025-08-01T03:11:11Z

Ilustrasi 

Oleh: M. Irwan P. Ratu Bangsawan 
Pimred Banyuasin Pos

Tak hanya urusan pertahanan atau diplomasi, rupanya urusan beras juga bisa membuat Presiden Prabowo Subianto naik pitam. Bukan tanpa alasan—baru-baru ini ditemukan bahwa dari 268 merek beras yang beredar, sebanyak 212 di antaranya tidak memenuhi standar kualitas. Banyak di antaranya yang terang-terangan mengoplos beras biasa menjadi “beras premium” ala kadarnya. Waduh, kalau ini bukan akal-akalan, entah apa lagi namanya.


Bayangkan saja, beras yang harusnya mengandung pecahan maksimal 15 persen, justru ada yang sampai 50 persen! Itu pun masih diberi label "premium". Kalau manusia bisa marah karena dibohongi, maka beras pun tampaknya ikut sedih karena namanya dipermainkan. Akibat ulah segelintir pengusaha licik ini, negara ditaksir mengalami kerugian sampai Rp100 triliun tiap tahun. Bisa buat bangun berapa sekolah, coba?


Presiden pun tak tinggal diam. Dalam rapat kabinet yang berlangsung panas di Istana Merdeka, beliau mengeluarkan pernyataan keras: praktik seperti ini bukan hanya soal bisnis nakal, tapi pengkhianatan terhadap rakyat dan bangsa. Bahasanya tegas, nadanya tinggi. Mungkin kalau bisa, karung-karung beras oplosan itu langsung disuruh baris di halaman istana untuk diinterogasi satu per satu.


Penegakan hukum pun mulai digencarkan sejak awal Juli. Pemerintah menyisir pasar, melibatkan laboratorium, dan membuka kemungkinan sanksi keras bagi pelaku usaha nakal. Tak hanya soal pecahan beras, pelabelan palsu pun jadi perhatian utama. Bayangkan, beli “premium” tapi nyatanya “medioker”, rasa sudah tak sedap, dompet pun ikut nelangsa.


Namun di balik wajah murka pemerintah, ada ajakan bijak bagi para pelaku usaha: mari bermain adil. Pemerintah membuka ruang pembinaan, bukan sekadar pemberangusan. Kalau ingin bisnis panjang umur, kepercayaan publik harus dirawat. Apalagi urusan perut ini bukan perkara sepele, bagi rakyat kecil, sepiring nasi adalah lambang harapan dan harga diri.


Kini saatnya masyarakat ikut cerdas. Jangan asal beli beras hanya karena bungkusnya meyakinkan. Dan bagi para pengoplos, ingat: yang kalian kelabui bukan hanya negara, tapi juga anak-anak kecil yang makan nasi setiap hari. Semoga dengan ketegasan ini, praktik curang bisa terhenti, dan aroma nasi hangat di rumah-rumah rakyat kembali harum, bukan karena bumbu tipu-tipu, tapi karena keadilan akhirnya berpihak (***) 


×
Berita Terbaru Update