![]() |
Pandangan Redaksi Banyuasin Pos |
Rencana Presiden Prabowo Subianto untuk berpidato pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-80 pada 23 September 2025 mendatang, menjadi sebuah momentum penting bagi Indonesia di panggung internasional. Bukan hanya karena ini kali pertama dalam satu dekade Presiden RI kembali hadir langsung di forum bergengsi dunia tersebut, melainkan juga karena posisi pidato Indonesia ditempatkan pada urutan ketiga, setelah Brasil dan Amerika Serikat. Sebuah posisi yang jarang didapat, dan mencerminkan bobot diplomatik yang tinggi.
Redaksi menilai, kesempatan ini lebih dari sekadar kehadiran simbolik. Pidato Presiden Prabowo akan dinantikan oleh banyak negara karena Indonesia menempati posisi unik: negara dengan prinsip bebas aktif, berperan di dunia Barat, Timur, dan juga Global South. Dalam situasi dunia yang tengah dilanda ketegangan geopolitik, rivalitas ekonomi, serta melemahnya multilateralisme, suara Indonesia berpotensi menjadi “jembatan” yang menenangkan sekaligus meneguhkan.
Namun demikian, redaksi juga mengingatkan bahwa pidato di forum internasional tidak boleh hanya berhenti pada retorika indah. Pidato yang menggaung di ruang sidang PBB perlu diikuti dengan langkah konkret di lapangan diplomasi. Tanpa tindak lanjut nyata, maka pidato itu hanya akan menjadi seremonial belaka, yang segera dilupakan begitu sidang selesai.
Indonesia perlu menegaskan peran strategisnya melalui inisiatif nyata—baik dalam perdamaian kawasan, penanganan krisis kemanusiaan, maupun kerja sama pembangunan. Komitmen terhadap multilateralisme harus tercermin dalam aksi, bukan sekadar kata-kata. Dunia menanti konsistensi, bukan janji.
Redaksi percaya, pidato Prabowo nanti akan menjadi ujian pertama dalam memperlihatkan wajah baru diplomasi Indonesia: apakah tetap konsisten dengan tradisi politik luar negeri bebas aktif, atau mengambil corak baru sesuai visi kepemimpinannya. Apapun itu, harapannya jelas—Indonesia tidak sekadar hadir, tetapi benar-benar memberi arah, suara, dan solusi bagi dunia yang sedang resah (***)