Notification

×

Iklan

Iklan

Ngomong Tanpa Mikir, Beginilah Gaya Elite Politik Kita

Sabtu, 30 Agustus 2025 | 14.46 WIB | 0 Views Last Updated 2025-08-31T01:48:29Z
Ilustrasi 
Oleh: M. Irwan P. Ratu Bangsawan 
Pemimpin Redaksi Banyuasin Pos 

Kadang saya berpikir, para pemimpin negeri ini seperti punya hobi baru: asal ngomong. Kita duduk di depan televisi atau scroll media sosial, lalu mendengar pernyataan menteri ini, anggota DPR itu—kok rasanya seperti dengar orang lagi berdebat di warung kopi, bukan di ruang sidang terhormat. Bedanya, kalau di warung kopi paling banter bikin kita nyengir, sementara kalau diucapkan pejabat negara bisa bikin rakyat tambah pening.

Misalnya, ada pejabat yang dengan enteng bilang rakyat jangan manja, atau rakyat harus begini-begitu. Padahal yang ngomong hidupnya sudah dijamin negara. Rakyat yang dituduh manja itu tiap hari jungkir balik mikirin dapur, cicilan, biaya sekolah anak, sampai harga cabai yang naik-turun lebih ganas dari roller coaster. Enteng sekali ucapan itu keluar, seolah tak pernah merasakan antre minyak goreng di subuh hari.

Belum lagi anggota dewan yang kadang ngomong seenaknya, seperti sedang uji coba stand-up comedy. Ada yang bilang rakyat harus bersyukur, ada juga yang melempar ide aneh-aneh tanpa hitungan matang. Kalau rakyat protes, mereka dengan mudahnya bilang: “Itu hanya salah kutip.” Kalau begitu, kita perlu siap-siap tiap hari dengan kamus “salah kutip edition” supaya tak kaget dengan ocehan pejabat.

Lucunya, mereka selalu merasa benar, padahal rakyat yang mendengar malah kerap merasa diremehkan. Bukankah seharusnya pemimpin itu bicara dengan hati, bukan sekadar dengan lidah? Kalau kata orang tua kita: mulutmu harimaumu. Sayangnya, yang kena cakarnya justru rakyat, bukan si pemilik mulut.

Kalau dipikir-pikir, para pejabat itu perlu kursus singkat: “Belajar Bicara dengan Empati.” Bukan kursus retorika gaya pidato berapi-api, tapi kursus bagaimana menahan diri sebelum asal mengucap. Karena lidah yang tak bertulang itu kadang lebih tajam daripada pedang. Dan luka dari ucapan pejabat seringkali lebih sulit sembuh dibanding luka fisik.

Jadi, wahai pemimpin yang terhormat, janganlah asal ngomong. Ingatlah, setiap kata yang keluar akan disimpan di kepala dan hati rakyat. Kalau salah bicara, bukan hanya bikin gaduh, tapi juga bisa merobek kepercayaan. Dan kalau kepercayaan sudah hilang, jangankan ucapan manis, senyum lebarmu pun tak lagi menghibur (***) 
×
Berita Terbaru Update