Notification

×

Iklan

Iklan

Mengentaskan Kemiskinan

Minggu, 17 Agustus 2025 | 10.00.00 WIB | 0 Views Last Updated 2025-08-17T03:00:00Z
Ilustrasi 

Di bawah pohon beringin yang rindang, Mang Midun sedang menata dagangannya. Bau gorengan yang baru diangkat dari minyak panas langsung bikin Jek Pakis yang baru pulang narik ojek mampir. Tak lama, Mak Irah pun datang membawa ember cucian sambil duduk melepas lelah. Obrolan mereka kali ini soal kemiskinan, yang katanya bukan pilihan, tapi keadaan yang harusnya negara bantu atasi.


“Orang bilang kemiskinan itu harus dientaskan,” ujar Mang Midun sambil meniup gorengan panas. “Tapi jangan lupa, yang mau dientaskan itu orangnya, bukan kemiskinannya doang. Kalau cuma angka yang dipoles, ya kita tetap aja susah.” Jek Pakis mengangguk sambil mengelap keringat, “Betul, Mang. Kalau kemiskinan dihapus dari data, tapi perut masih keroncongan, apa gunanya?”


Mak Irah menimpali dengan nada getir. “Kita ini bukan minta mewah, cukup bisa makan tiga kali sehari tanpa pusing bayar utang ke warung aja sudah bahagia. Tapi kalau negara cuma sibuk bilang angka kemiskinan turun, padahal di dapur tetap kosong, itu namanya pencitraan.” Ia lalu menghela napas panjang, seakan beban hidup ikut keluar bersamanya.


“Lucunya lagi,” tambah Jek Pakis, “program bantuan kadang lebih ribet dari narik ojek. Banyak syarat, banyak potongan, ujung-ujungnya yang dapat malah bukan orang miskin, tapi orang yang sudah lumayan mapan.” Mang Midun tertawa kecil, “Iya, kayaknya kita harus punya kenalan pejabat dulu baru bisa disebut miskin resmi.”


Obrolan mereka semakin dalam. Mak Irah berkata, “Kalau negara betul-betul hadir, mestinya ada cara yang sederhana tapi nyata. Misalnya, akses kesehatan yang benar-benar gratis, sekolah anak nggak bikin kepala pening mikirin biaya, dan harga kebutuhan pokok nggak naik tiap minggu.” Suaranya terdengar seperti doa yang dipendam bertahun-tahun.


Di akhir obrolan, mereka bertiga hanya bisa terdiam sejenak, mendengarkan suara daun beringin bergesekan ditiup angin sore. Mang Midun berkata pelan, “Kemiskinan itu bukan pilihan. Kalau negara serius, harusnya rakyat yang diangkat harkatnya, bukan cuma kemiskinannya yang dipoles biar kelihatan hilang.” Mereka pun sepakat, harapan pada negeri ini belum padam, meski perut seringkali mendahului mimpi (***) 

×
Berita Terbaru Update