Notification

×

Iklan

Iklan

Kalau Semua Milik Negara, Kita Numpang Hidup?

Rabu, 13 Agustus 2025 | 08.00.00 WIB | 0 Views Last Updated 2025-08-13T01:00:00Z
Ilustrasi 
Di bawah pohon beringin yang sudah jadi markas nongkrong sejak zaman belum ada sinyal 5G, Mang Midun menaruh gelas kopi di meja kayu reyot. “Eh, kalian dengar nggak? Pak Menteri Nusron bilang semua tanah itu milik negara. Jadi, kita ini cuma numpang hidup aja,” katanya sambil garuk-garuk kepala. Jek Pakis langsung nyamber, “Waduh, kalau gitu, warung lu tuh numpang, Midun. Ojek gue numpang. Mak Irah pun numpang jemur kasur.”

Mak Irah yang sedari tadi mengupas bawang tersenyum kecut. “Lah, trus rumah gue gimana? Dari zaman nenek moyang udah di situ, masa mau dibilang punya negara? Kalau bener, berarti gue tiap mau nanam singkong harus izin dulu dong,” ucapnya. Mang Midun terkekeh, “Ya minimal bikin surat ke kelurahan: izin menanam singkong untuk kebutuhan dapur.”

Jek Pakis yang memang mulutnya nggak pernah diam menimpali, “Kalau semua tanah punya negara, berarti stadion bola, sawah, kebun cabe, sampe halaman sekolah… semua numpang dong. Lah, ngapain dulu orang bayar sertifikat tanah mahal-mahal? Biar jadi piagam penghargaan aja?” Mak Irah mengangguk-angguk, “Iya, kayak ijazah, disimpan di lemari, nggak ada gunanya kecuali buat pajangan.”

Mang Midun lalu menyeruput kopi dengan suara khasnya, “Tapi katanya sih itu cuma bercanda, lho.” Jek Pakis langsung pasang muka sinis, “Bercanda? Waduh… kalau bercandanya bikin orang mikir rumahnya mau diambil, itu sih bukan lucu namanya, Midun. Itu bikin darah tinggi!” Mak Irah menepuk paha, “Bercanda itu yang bikin ketawa, bukan yang bikin orang cek harga sewa kontrakan.”

Akhirnya mereka bertiga terdiam sejenak, angin sore mengayun daun beringin. “Ya sudahlah,” kata Mang Midun sambil menghela napas, “selama kita masih bisa duduk di sini, minum kopi, dan gosipin pejabat, berarti kita belum diusir.” Jek Pakis menambahkan, “Betul. Tapi kalau nanti beringin ini juga dibilang punya negara, jangan-jangan nongkrong pun harus bayar retribusi.” Mak Irah nyengir, “Asal jangan nanti nawarin paket sewa beringin, per jam, kayak lapangan futsal.” (***) 
×
Berita Terbaru Update