Notification

×

Iklan

Iklan

17 Agustus

Minggu, 17 Agustus 2025 | 00.01.00 WIB | 0 Views Last Updated 2025-08-16T17:01:00Z
Ilustrasi 
Oleh: M. Irwan P. Ratu Bangsawan 
Pimred Banyuasin Pos 

Hari ini tanggal 17 Agustus 2025. Matahari bersinar hangat di langit Jakarta, sementara bendera merah putih tetap gagah berkibar di tiang-tiang, seolah menegaskan janji lama bangsa ini: merdeka, setara, dan bermartabat. Tapi, di balik gema lagu kebangsaan dan upacara rutin, ada pertanyaan yang tak lekang oleh waktu: apa sebenarnya tujuan kemerdekaan Indonesia?


Para pendiri bangsa bermimpi tentang sebuah negeri yang memberi ruang bagi rakyatnya untuk hidup layak, menegakkan keadilan, dan meraih kebahagiaan. Kemerdekaan bukan sekadar bebas dari penjajah fisik, tapi juga bebas dari belenggu kemiskinan, ketidakadilan, dan kebodohan. Merdeka berarti rakyat dapat mengenyam pendidikan, merawat kesehatan, dan menatap masa depan dengan harapan, bukan dengan rasa takut lapar.


Kini, sudah 80 tahun kita merdeka. Negeri ini telah menorehkan banyak prestasi: infrastruktur membentang, teknologi mulai merambah desa-desa, dan ekonomi bergerak. Tapi, angka-angka statistik sering menipu. Di balik pencapaian nasional, masih banyak rakyat yang hidup di jurang kemiskinan, yang makanannya tidak menentu, yang sekolahnya penuh tantangan, yang suaranya sering tenggelam dalam hiruk-pikuk politik.


Pertanyaannya sederhana, tapi berat: pantaskah kita merayakan kemerdekaan, sementara sebagian rakyatnya masih bergulat dengan kesengsaraan sehari-hari? Bukankah kemerdekaan yang hakiki adalah ketika setiap orang merasakan manfaatnya, bukan hanya mereka yang duduk nyaman di kota besar?


Kita harus menengok ke dalam, menakar apa yang sudah kita lakukan selama 80 tahun ini. Apakah pembangunan yang gemilang di beberapa kota telah menyapu bersih ketidakadilan sosial? Atau justru menimbun jurang antara yang kaya dan miskin? Semangat kemerdekaan seharusnya menjadi pengingat: jangan puas dengan simbol, tetapi kejar substansi.


Hari ini, di 17 Agustus yang ke-80, mari kita rayakan dengan refleksi. Merah putih bukan hanya warna, tapi panggilan agar kita tidak lalai. Bahwa kemerdekaan tidak cukup ditandai oleh upacara dan kembang api, tapi oleh keberanian kita memperjuangkan kesejahteraan rakyat yang paling lemah. Hanya dengan itu, 80 tahun merdeka akan terasa penuh makna (***) 

×
Berita Terbaru Update