![]() |
Ilustrasi Pemilu Beda Waktu |
Oleh: M. Irwan P. Ratu Bangsawan
Pimred Banyuasin Pos
Pemilu lima kotak akhirnya pamit. Mulai 2029, pesta demokrasi tidak lagi berlangsung dalam satu hari penuh antrean dan lima kali coblos. Mahkamah Konstitusi memutuskan, sudah saatnya pemilu nasional dan pemilu daerah jalan sendiri-sendiri. Katanya, demi menyederhanakan proses memilih dan memberi waktu bagi rakyat untuk benar-benar memahami siapa yang mereka pilih. Ya, memilih tak harus borongan, bukan?
Selama ini, pemilu lima kotak memang ibarat belanja bulanan di minimarket: sekali jalan, semua diborong. Tapi nyatanya, banyak yang bingung dan kelelahan di TPS. Bahkan tak sedikit yang salah coblos atau asal pilih karena informasi terlalu banyak. Tentu kita ingin demokrasi yang sehat, bukan sekadar ramai dan membingungkan. Maka, ide memisahkan waktu pemilu nasional dan lokal sebenarnya masuk akal juga.
Keputusan MK ini adalah jawaban dari gugatan Perludem, organisasi yang rajin mengawal demokrasi kita. Mereka menilai, keserentakan lima kotak itu bikin pemilu jadi rumit dan justru mengurangi kualitas. Daripada memaksa rakyat memilih lima jenis wakil dalam satu hari, kenapa tidak diberi jeda waktu? Seperti nonton serial televisi, kadang kita butuh waktu mencerna tiap episode.
Tapi tentu saja, keputusan ini bukan tanpa tantangan. Bayangkan, setiap dua atau tiga tahun sekali kita dihadapkan pada mobilisasi besar: baliho-baliho senyum semringah, lagu kampanye, dan janji-janji manis yang berseliweran. Bisa-bisa, suasana kampanye jadi rutinitas nasional. Kalau tidak hati-hati, politik malah terasa seperti konser keliling: meriah, tapi cepat bosan.
Namun di sisi lain, pemisahan waktu pemilu ini bisa membuka ruang evaluasi yang lebih jelas. Kita bisa menilai kinerja wakil di pusat dulu sebelum memilih pemimpin daerah, atau sebaliknya. Tidak perlu terburu-buru. Apalagi di zaman informasi digital ini, pemilih punya waktu lebih untuk mengenal calon pemimpin dengan lebih saksama. Tidak lagi memilih karena ikut-ikutan atau karena wajahnya sering nongol di spanduk pinggir jalan.
Pada akhirnya, pemilu beda waktu adalah eksperimen demokrasi yang patut dicoba. Pemilu bukan lomba cepat-cepatan, tapi soal memberi waktu dan ruang bagi rakyat berpikir. Karena dalam demokrasi, memilih bukan hanya soal mencoblos, tapi juga soal tanggung jawab. Jadi, mari kita sambut perubahan ini dengan santai, seperti menunggu dua musim serial favorit, satu untuk pusat, satu untuk daerah (***)
Langsung jadi yang terdepan dengan mengikuti berita dan artikel pilihan setiap hari di genggamanmu! Gabung sekarang ke WhatsApp Channel Banyuasinpos.com—cukup klik https://whatsapp.com/channel/0029VbBHumrCnA7qJz2aaw2O, Rasakan sensasi dapat kabar tercepat—kapan saja, di mana saja! Jangan sampai ketinggalan, ayo join sekarang juga!