Notification

×

Iklan

Iklan

Antara Rendang Padang dan Rendang Ala-ala Warteg

Kamis, 24 Juli 2025 | 12.44 WIB | 0 Views Last Updated 2025-08-28T06:24:42Z

Ilustrasi 
Oleh: M. Irwan P. Ratu Bangsawan 
Pimred Banyuasin 

Dulu, rendang adalah sebuah mahakarya. Dimasak dengan kesabaran berjam-jam, dibalur rempah dengan penuh kasih sayang, hingga dagingnya berubah jadi hitam legam yang harum dan menggugah selera makan. Kini? Cukup mampir ke warteg terdekat, minta "rendang", dan bersiaplah disuguhi daging rebus dengan bumbu secukupnya.

Rendang Padang sejati adalah simfoni rasa, hasil perenungan kuliner, bukan sekadar menu makan siang. Ia punya kedalaman dan karakter—sebuah pertemuan mistis antara daging dan bumbu. Sedangkan rendang warteg? Cukup seperti drama sinetron: permukaan penuh janji, tapi kosong di dalam. Ia tak dimasak, tapi dirakit. Dagingnya mungkin masih bingung kenapa harus disebut rendang.


Ini bukan soal lidah, ini soal pengkhianatan terhadap sejarah. Rendang ala warteg tak hanya mengubah rasa, tapi juga makna. Ia hadir sebagai kemasan instan dari sebuah tradisi yang semestinya dirayakan, bukan diringkas. Tapi siapa peduli? Selama perut kenyang, siapa butuh rempah yang tumbuh di lereng bukit dan ditumbuk nenek moyang?


Penampilannya pun berbicara. Rendang Padang tampil seperti jenderal tua yang gagah, hitam dan kering tapi berwibawa. Sedangkan rendang warteg lebih seperti anak magang: basah, pucat, dan tidak yakin dengan perannya di dunia. Tapi tetap saja ia laku. Karena kita memang gampang terhibur oleh sesuatu yang cepat dan murah, tak peduli kualitas.


Warteg tentu tak bersalah. Mereka hanya memenuhi tuntutan zaman: serba cepat, serba hemat, dan serba lupa. Lupa bahwa rendang itu seni, bukan sekadar lauk. Lupa bahwa makanan juga membawa identitas. Tapi ya sudahlah. Di era ketika kopi pun bisa rasa anggur merah yang memabukkan, rendang rasa gulai pun bukan mustahil.


Dan akhirnya, rendang Padang mungkin akan tinggal legenda yang diceritakan saat reuni keluarga, saat ada yang berani bilang, “Ini rendang enak banget, kayak buatan Mak di kampung.” Lalu semua terdiam sambil sal menatap (***) 

×
Berita Terbaru Update