-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Pohon yang Menangis dalam Sunyi: Kisah Rasulullah dan Pohon Sahabi

Kamis, 30 Oktober 2025 | 15.30 WIB | 0 Views Last Updated 2025-10-30T08:30:34Z
Pohon Sahabi 

Di tengah hamparan pasir yang sepi, di bawah langit yang kering dan terik, ada sebuah pohon tua yang berdiri sendiri. Rantingnya jarang, daunnya lusuh, namun di dalam batangnya tersimpan sebuah rahasia yang pernah menyentuh hati semesta. Itulah Pohon Sahabi, saksi bisu cinta seorang Nabi kepada Penciptanya, dan kepada segala makhluk yang hidup dalam kesunyian.


Alkisah, ketika Rasulullah ﷺ dalam perjalanan menuju negeri Syam, beliau berhenti berteduh di bawah pohon itu. Para sahabat berjalan mendahului, meninggalkan beliau dalam ketenangan. Di bawah naungan ranting yang rapuh, beliau bersandar — dan seluruh alam seolah berhenti bernafas. Panas yang menyengat pun tunduk, dan dedaunan yang kering mulai bergetar lembut seakan ingin menyentuh wajah Nabi terakhir itu.


Seekor unta berhenti, burung-burung diam di udara, dan bayangan awan bergeser menutupi beliau. Pohon itu — yang selama hidupnya hanya menjadi benda diam di padang tandus — kini hidup, seakan mengenal siapa yang sedang berteduh di bawahnya. Ia menunduk pelan, rantingnya melengkung, memberi teduh lebih banyak bagi kekasih Allah.


Bertahun-tahun kemudian, ketika Nabi ﷺ telah wafat, gurun itu tetap sunyi seperti dulu. Tapi di tempat yang sama, pohon itu menangis. Tidak ada manusia yang mendengar tangisnya, hanya angin yang berhembus membawa lirih rintihannya:
"Dimanakah insan yang dahulu membuatku hidup dengan cahaya wajahnya? Dimanakah yang duduk di bawahku, hingga aku merasa dekat kepada Tuhan?"

Pohon itu tidak pernah berteduh lagi, tidak berdaun hijau lagi, namun ia tetap tegak. Orang-orang yang melewati padang itu berkata, pohon itu masih hidup, meski tak ada air, tak ada hujan. Mereka tak tahu, akar pohon itu telah minum dari kenangan cinta Rasulullah.


Hingga kini, ia masih berdiri di padang sepi Yordania — sendirian, tua, dan diam. Tapi bila seseorang datang mendekat dengan hati yang bersih, ia mungkin akan merasakan hembusan lembut di antara daun-daunnya. Hembusan yang bukan angin, melainkan bisikan rindu dari sebuah pohon yang pernah menyentuh Nabi.


Dan di balik sunyi itu, ada pelajaran yang menetes seperti embun:
bahwa cinta sejati kepada Rasulullah ﷺ tidak hanya dimiliki oleh manusia — bahkan pohon pun merindukannya dalam diam (***) 

×
Berita Terbaru Update