![]() |
| Pohon Sahabi |
Di tengah hamparan pasir yang sepi, di bawah langit yang kering dan terik, ada sebuah pohon tua yang berdiri sendiri. Rantingnya jarang, daunnya lusuh, namun di dalam batangnya tersimpan sebuah rahasia yang pernah menyentuh hati semesta. Itulah Pohon Sahabi, saksi bisu cinta seorang Nabi kepada Penciptanya, dan kepada segala makhluk yang hidup dalam kesunyian.
Alkisah, ketika Rasulullah ﷺ dalam perjalanan menuju negeri Syam, beliau berhenti berteduh di bawah pohon itu. Para sahabat berjalan mendahului, meninggalkan beliau dalam ketenangan. Di bawah naungan ranting yang rapuh, beliau bersandar — dan seluruh alam seolah berhenti bernafas. Panas yang menyengat pun tunduk, dan dedaunan yang kering mulai bergetar lembut seakan ingin menyentuh wajah Nabi terakhir itu.
Seekor unta berhenti, burung-burung diam di udara, dan bayangan awan bergeser menutupi beliau. Pohon itu — yang selama hidupnya hanya menjadi benda diam di padang tandus — kini hidup, seakan mengenal siapa yang sedang berteduh di bawahnya. Ia menunduk pelan, rantingnya melengkung, memberi teduh lebih banyak bagi kekasih Allah.
Pohon itu tidak pernah berteduh lagi, tidak berdaun hijau lagi, namun ia tetap tegak. Orang-orang yang melewati padang itu berkata, pohon itu masih hidup, meski tak ada air, tak ada hujan. Mereka tak tahu, akar pohon itu telah minum dari kenangan cinta Rasulullah.
Hingga kini, ia masih berdiri di padang sepi Yordania — sendirian, tua, dan diam. Tapi bila seseorang datang mendekat dengan hati yang bersih, ia mungkin akan merasakan hembusan lembut di antara daun-daunnya. Hembusan yang bukan angin, melainkan bisikan rindu dari sebuah pohon yang pernah menyentuh Nabi.



