-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Delapan Dirham, Satu Hati yang Berhijrah

Jumat, 31 Oktober 2025 | 08.15 WIB | 0 Views Last Updated 2025-10-31T01:15:09Z
Ilustrasi 

Oleh: M. Irwan P. Ratu Bangsawan 

Suatu hari di pasar Madinah, Rasulullah ﷺ melihat seorang budak menangis. Tangannya gemetar, wajahnya pucat, dan matanya sembab menahan takut. Ia baru saja kehilangan uang milik tuannya — delapan dirham. Bagi kita, mungkin jumlah itu kecil. Tapi bagi seorang budak, itu bukan sekadar angka. Itu harga dirinya, mungkin juga nasibnya hari itu.


Rasulullah mendekat. Dengan kelembutan seorang ayah dan kejernihan hati seorang nabi, beliau menanyakan apa yang terjadi. Tanpa banyak bicara, beliau merogoh sakunya dan memberikan uang delapan dirham. “Ambillah, belikan apa yang diperintahkan majikanmu.” Budak itu berhenti menangis. Tapi tidak lama kemudian air matanya jatuh lagi. “Aku takut dimarahi tuanku, Ya Rasulullah. Aku terlalu lama meninggalkan rumah.”


Maka Rasulullah ﷺ pun berjalan bersama anak itu, mengantarnya pulang. Ketika majikannya keluar, ia tertegun melihat siapa yang datang bersama budaknya. Nabi Allah berdiri di depan rumahnya — tidak dengan marah, tapi dengan wajah penuh kasih. Rasulullah menjelaskan dengan lembut apa yang terjadi. Hati sang majikan luluh, bukan karena logika, tapi karena cinta. Karena kebaikan yang tidak menuntut balasan.


Hari itu, tidak hanya satu masalah selesai. Satu hati juga berubah arah. Sang majikan memeluk Islam, bukan karena argumen teologis, tapi karena keteladanan yang hidup di depan matanya. Delapan dirham itu menjadi jembatan antara iman dan kasih, antara hamba dan Tuhannya.


Begitulah cara Rasulullah berdakwah: tanpa slogan, tanpa ancaman, tanpa pamrih. Beliau tidak memaksa manusia untuk percaya, tapi mengundang mereka untuk merasa. Kebaikan beliau menembus benteng ego, mengalir lembut ke ruang-ruang hati yang paling gelap.


Kadang kita lupa, dakwah tidak selalu butuh mimbar. Ia bisa lahir dari empati, dari kesediaan menemani orang yang ketakutan, dari keberanian menenangkan hati yang sedang cemas. Mungkin hanya delapan dirham, tapi di tangan Rasulullah, itu menjadi cahaya yang menuntun satu jiwa menuju Tuhan (***) 


×
Berita Terbaru Update