-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Antara Membaca dan Media Sosial: Menyaring Informasi di Era Digital

Rabu, 08 Oktober 2025 | 07.00 WIB | 0 Views Last Updated 2025-10-08T00:00:00Z
Ilustrasi 

Banyuasin Pos - Di era digital, informasi hadir tanpa henti. Dari layar ponsel, kita bisa tahu berita terkini hanya dalam hitungan detik. Instagram, TikTok, atau Twitter (X) sudah jadi “perpustakaan instan” yang selalu terbuka 24 jam. Praktis, cepat, dan interaktif. Namun, kecepatan itu sering kali mengorbankan kualitas. Tak jarang, informasi yang kita terima justru dangkal, sensasional, bahkan hoaks.

Sebaliknya, membaca buku atau artikel panjang membutuhkan waktu dan konsentrasi lebih. Tapi justru di situlah nilainya. Buku yang diterbitkan oleh lembaga kredibel melalui proses penyuntingan dan verifikasi yang ketat. Hasilnya, pengetahuan yang lebih dalam, lebih terstruktur, dan bisa dipertanggungjawabkan.

Meski begitu, bukan berarti media sosial tidak berguna. Justru sebaliknya, media sosial bisa jadi pintu masuk. Misalnya, seseorang mengetahui isu perubahan iklim lewat unggahan singkat, lalu memperdalamnya dengan membaca buku atau jurnal ilmiah. Dengan cara ini, media sosial dan membaca bisa saling melengkapi.

Namun ada bahaya yang mengintai: “filter bubble.” Algoritma media sosial cenderung hanya menampilkan konten yang sesuai dengan pandangan kita. Akibatnya, kita bisa terjebak di ruang gema, hanya melihat informasi yang sejalan dengan keyakinan kita sendiri. Di titik inilah membaca berperan penting. Membaca mengajak kita melatih logika, berpikir kritis, dan melihat dari sudut pandang yang berbeda.

Untuk itu, literasi digital jadi keterampilan penting di zaman ini. Kita perlu bisa memilah mana fakta, mana opini, dan mana hoaks. Di saat bersamaan, kebiasaan membaca tetap harus dipelihara—bukan hanya agar terinformasi, tapi juga agar logika, imajinasi, dan kreativitas tetap terasah.

Komunitas literasi kini banyak memanfaatkan media sosial untuk mengampanyekan pentingnya membaca. Buku-buku direkomendasikan lewat postingan singkat, ulasan dibuat dalam bentuk video kreatif, bahkan diskusi literasi digelar secara daring. Pendekatan ini menjembatani dua dunia: dunia cepatnya informasi dan dunia dalamnya bacaan.

Singkatnya, media sosial memberi kita kecepatan, sementara membaca memberi kita kedalaman. Dua-duanya penting. Dan di tengah derasnya arus informasi, kemampuan untuk menyaring informasi yang berkualitas adalah bekal utama agar kita bisa tetap kritis, bijak, dan tidak mudah terombang-ambing opini (***) 

×
Berita Terbaru Update