Notification

×

Iklan

Iklan

Soroti Kasus Korupsi Kuota Haji, TereLiye: Pak Prabowo Hentikan Saja Kasus Ini!

Jumat, 19 September 2025 | 11.28 WIB | 0 Views Last Updated 2025-09-19T04:28:10Z
Kasus korupsi kuota haji 2024–2025 disoroti Tere Liye dengan sindiran sarkastis yang viral. Ribuan jemaah korban, ratusan biro travel terlibat, dan kerugian negara capai Rp 1 triliun. Simak analisis terbaru serta kritik sosial khas Tere Liye di sini. Dok: Tangkapan Layar Instagram TereLiye.


Banyuasin Pos — Kasus dugaan korupsi kuota haji yang mencuat pada 2024-2025 makin ramai dibahas publik setelah penulis best seller Tere Liye ikut menyoroti tajam praktik jual beli jatah haji yang merugikan ribuan calon jemaah. Melalui akun media sosialnya, Tere Liye—novelis dengan nama asli Darwis, yang dikenal lewat karya-karya bernuansa moral dan kritik sosial—melontarkan sindiran bernada sarkastis tentang "tidak ada yang rugi" bila kuota tambahan itu dibiarkan jadi bancakan oknum, mengingat "ini cuma syariat agama, silakan dijual, toh negara tidak dirugikan".(19/09/25)


Ribuan Jemaah Terzholimi, Uang Mengalir ke Oknum

Menurut data resmi KPK, skema penjualan kuota haji—baik reguler, khusus, maupun furoda—sudah merugikan ribuan jemaah. Sedikitnya 8.400 calon haji gagal berangkat setelah menunggu hingga 14 tahun karena praktik bagi-bagi jatah kuota yang semestinya diatur ketat oleh Kementerian Agama (Kemenag). Harga kuota haji khusus mencapai Rp 200-300 juta per orang, bahkan paket furoda bisa menembus Rp 1 miliar per kursi. Dari penelusuran aparat, ditemukan aliran dana puluhan juta rupiah ke oknum penyelenggara haji di Kemenag serta hampir 400 biro travel terindikasi turut mengambil bagian dalam praktik haram tersebut. Total kerugian negara diperkirakan mencapai Rp 1 triliun dalam skandal tahun ini.


Bercermin dari Luka Sosial

Tere Liye menggunakan gaya sarkasme dalam tulisannya yang viral, dengan tujuan mendorong publik untuk berpikir kritis dan tidak reaktif tanpa pencernaan makna. "Dear netizen, tulisan ini sarkasme. Artinya apa? Artinya kebalikannya," ungkap Tere Liye dalam komentarnya di media sosial. Ia menegaskan, sarkas dipilih karena persoalan haji menyangkut organisasi besar dan tokoh ternama, sehingga humor sinis diharapkan bisa mengajak masyarakat berpikir dan—minimal—tidak mudah tersulut emosi. Pilihan diksi sederhana namun tajam dan berulang, menjadi ciri penulis asal Lahat ini untuk menggugah kepekaan moral—persis seperti yang selama ini hadir dalam novel-novelnya.


Dari Sindiran Jadi Renungan

Dalam analisisnya, Tere Liye menyayangkan 10.000 kuota tambahan yang harusnya untuk jemaah antri, justru jatuh ke tangan biro perjalanan dan penumpang furoda yang "tidak antri" dengan harga khusus. Ia menekankan pentingnya keberanian saksi—ustad dan korban—untuk bicara terang, karena kasus ini berdampak sistemik dan menimbulkan krisis kepercayaan publik. "Terlepas siapa yang jadi korban atau biang kerok, akan selalu ada efek domino yang besar," tegasnya.(***)

×
Berita Terbaru Update