![]() |
Bidak Politik |
Oleh: M. Irwan P. Ratu Bangsawan
Pemimpin Redaksi Banyuasin Pos
Ada yang bilang politik itu mirip main catur. Bedanya, bidak di papan bisa mati, sementara di kabinet bisa “hidup kembali” dengan kursi berbeda. Itulah yang baru saja terjadi di Istana Negara. Presiden Prabowo mengumumkan reshuffle jilid III, dan seketika jagat politik pun kembali riuh—seperti konser yang ganti penyanyi tapi lagunya tetap sama.
Yang menarik, ada wajah lama yang tak benar-benar pergi. Erick Thohir misalnya. Selesai di BUMN, eh malah pindah ke Menpora. Ibarat pemain bola, dia keluar lapangan sebentar lalu masuk lagi, cuma ganti posisi. Dari striker jadi gelandang, siapa tahu justru makin produktif.
Nama-nama baru juga bermunculan. Ada yang jadi wakil menteri, ada yang dipercaya mengisi lembaga strategis. Publik tentu penasaran, apakah mereka akan jadi “pemain kunci” atau sekadar penggembira di lapangan politik. Tapi bagaimanapun, setiap reshuffle selalu membawa cerita baru—dan gosip baru—yang bikin kita betah nongkrong di warung kopi.
Kalau ditanya, apakah reshuffle ini akan membuat kerja pemerintah jadi lebih cepat dan gesit? Jawabannya mirip nonton sinetron: tunggu episode berikutnya. Karena janji manis dan semangat awal selalu terdengar indah, yang menentukan tetap saja akting di lapangan.
Menurut saya, reshuffle itu bukan sekadar bongkar pasang kursi. Ia adalah cermin dari betapa dinamisnya politik kita—kadang serius, kadang lucu, kadang bikin garuk kepala. Yang jelas, rakyat tetap jadi penonton setia, meski tiket masuknya bukan gratis: dibayar dengan pajak, harga sembako, dan harapan-harapan yang entah kapan lunas.
Jadi, mari kita tunggu. Apakah susunan baru ini akan jadi orkestra harmonis, atau justru marching band yang nadanya fals? Satu hal pasti, di republik ini, reshuffle bukan sekadar peristiwa politik, melainkan hiburan nasional (***)