![]() |
Ilustrasi |
Oleh: M. Irwan P. Ratu Bangsawan
Pemimpin Redaksi Banyuasin Pos
Di negeri ini, memang ada banyak hal yang membuat dahi berkerut. Harga beras bisa melonjak tanpa permisi, jalanan macet seakan jadi rutinitas harian, dan urusan administratif sering terasa seperti labirin tak berujung. Dari jauh, semua itu tampak kelam, seolah hidup di sini tak menawarkan ruang bernapas. Tapi kalau kita duduk sejenak di beranda, menghirup udara sore, sebenarnya ada cahaya kecil yang selalu menyelinap di sela-sela gelap itu.
Coba lihat kampung-kampung kecil. Anak-anak berlarian tanpa alas kaki, wajah mereka berseri-seri hanya karena layangan sederhana yang terbang tinggi di langit. Para ibu saling bertukar cerita sambil menyiangi sayur, sementara bapak-bapak duduk di pos ronda dengan kopi panas dan tawa lepas. Tidak ada yang mewah, tapi ada kehangatan yang membuat segala kesulitan terasa lebih ringan.
Di kota pun, di balik hiruk pikuknya, cahaya itu ada. Seorang pengendara yang rela berhenti untuk menyeberangkan pejalan kaki, tukang parkir yang tetap menyapa ramah meski kepanasan, pedagang kaki lima yang masih mau memberi hutang pada pelanggan setia. Hal-hal kecil semacam ini mungkin tak tercatat di statistik pembangunan, tapi justru itulah denyut kemanusiaan yang membuat hidup tidak sepenuhnya kelam.
Kita memang tak bisa menutup mata dari sisi gelap: korupsi, ketimpangan, dan janji politik yang sering hanya berakhir jadi kata-kata. Tapi rakyat biasa sudah terbiasa menemukan cahaya sendiri. Gotong royong yang tak pernah pudar, rasa syukur yang diwariskan turun-temurun, dan kebiasaan menertawakan diri sendiri meski hidup kadang menyakitkan.
Mungkin itu rahasia kita sebagai bangsa: bisa menemukan terang di tengah kegelapan. Hidup di Indonesia tidak selalu mudah, tapi selalu ada alasan untuk tersenyum—meski hanya karena gorengan seribu rupiah, obrolan ringan di warkop, atau sapaan hangat dari orang asing di jalan.
Jadi, benar bahwa hidup ini keras. Tapi hidup di Indonesia tak pernah sepenuhnya kelam. Selalu ada cahaya kecil, sederhana, tapi tulus—yang membuat kita terus bertahan, bahkan terus berharap (***)