Notification

×

Iklan

Iklan

Membagi Pasar, Membagi Rasa

Kamis, 28 Agustus 2025 | 10.57 WIB | 0 Views Last Updated 2025-08-28T13:27:38Z
ilustrasi 



M. Irwan P. Ratu Bangsawan

Pimred Banyuasin Pos


Perdebatan soal pemindahan Pasar Pangkalan Balai ke Pasar Cangkring memang sedang ramai. Ada yang setuju, ada pula yang keras menolak. Bagi yang setuju, Pasar Cangkring dianggap lebih luas dan punya peluang berkembang. Bagi yang menolak, mereka merasa Pasar Pangkalan Balai sudah menjadi denyut nadi ekonomi warga sejak lama, jadi kenapa harus dipindah? Nah, di tengah silang pendapat itu, mungkin ada jalan tengah yang bisa kita renungkan bersama.


Coba bayangkan jika kedua pasar itu tidak diposisikan sebagai lawan, melainkan sebagai kawan. Pasar Pangkalan Balai tetap hidup dengan wajah baru sebagai pasar kering—tempat orang mencari pakaian, emas, peralatan rumah tangga, dan segala macam kebutuhan non-sembako. Sementara itu, Pasar Cangkring bisa difokuskan sebagai pasar basah—pusat jual beli ikan, sayur, daging, dan sembako. Dengan begitu, kita tidak hanya menjaga sejarah Pangkalan Balai, tapi juga memberi napas baru bagi Cangkring.


Kenapa pembagian ini masuk akal? Pertama, pembeli biasanya punya tujuan berbeda. Orang yang belanja pakaian tentu tak ingin berdesak-desakan dengan pedagang ikan atau harus menghirup bau amis. Sebaliknya, orang yang belanja sayur dan ikan butuh lokasi dengan sirkulasi udara yang lebih terbuka dan akses parkir yang lega untuk bongkar muat. Jadi, membagi pasar sesuai jenis dagangannya bisa membuat aktivitas jual beli lebih nyaman.


Kedua, pembagian ini bisa mengurangi kemacetan. Selama ini, Pasar Pangkalan Balai sering penuh sesak karena semua jenis barang bercampur di satu tempat. Kalau sebagian dipindahkan ke Cangkring, arus kendaraan akan lebih tersebar. Masyarakat pun tidak harus memilih “pasar mana yang lebih unggul,” karena keduanya punya fungsi berbeda.


Ketiga, kita menjaga keseimbangan. Pasar Pangkalan Balai yang sudah berakar tidak serta-merta kehilangan rohnya. Sementara Pasar Cangkring yang baru tumbuh bisa punya identitas jelas tanpa harus rebutan pengunjung. Jadi, bukannya menggeser, tapi justru saling melengkapi.


Sebagai warga Banyuasin, kita tentu ingin pasar tetap ramai, pedagang tetap hidup, dan pembeli tetap nyaman. Kalau pemindahan pasar terus jadi polemik tanpa jalan keluar, yang rugi justru masyarakat kecil. Maka, mari kita coba melihat bukan hanya dari sisi “dipindah” atau “tidak dipindah,” tapi dari kemungkinan kreatif: membagi peran pasar, bukan membagi masyarakat.


Kalau ini bisa diwujudkan, Pasar Pangkalan Balai akan tetap berdentang sebagai jantung kota, sementara Pasar Cangkring tumbuh sebagai paru-paru segar perekonomian baru. Bukankah lebih baik keduanya hidup berdampingan, daripada salah satunya mati perlahan? (***) 

×
Berita Terbaru Update