![]() |
Ilustrasi |
Oleh: M. Irwan P. Ratu Bangsawan
Pimred Banyuasin Pos
Baru setahun duduk di kursi Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia sudah dihadapkan pada ujian yang tak ringan. Pria kelahiran 7 Agustus 1976 ini tak hanya memegang jabatan strategis di partai, tetapi juga menjadi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral sejak 19 Agustus 2024. Namun, kabar yang berembus belakangan cukup kencang: Golkar disebut-sebut akan menggelar musyawarah nasional luar biasa (munaslub) untuk mengganti pucuk pimpinan. Isu yang jelas bukan kabar manis bagi seorang ketua umum yang baru saja menata nahkoda partai.
Bahlil selama ini dikenal piawai membaca arah angin politik. Pengalamannya sebagai pengusaha sukses yang terjun ke politik membuatnya lihai mengatur langkah. Namun, kali ini “angin” itu datang dari dalam tubuh Golkar sendiri. Munaslub bukan sekadar forum biasa; di Golkar, kata itu identik dengan pergantian besar dan geser-geseran kursi yang tak jarang meninggalkan jejak drama panjang.
Mengendalikan Golkar memang bukan perkara mudah. Partai ini ibarat kapal besar dengan banyak figur senior yang sama-sama merasa berhak memegang kemudi. Setiap keputusan ketua umum akan selalu diukur, dikritisi, bahkan tak jarang digoyang. Tradisi “dinamika internal” partai kuning ini sudah terkenal, dan siapa pun yang duduk di kursi ketua umum harus siap menghadapi ombak yang datang dari segala arah.
Menariknya, Bahlil tampak memilih langkah tenang. Tidak ada komentar keras, tidak pula bantahan berlebihan. Ia seperti tahu, dalam politik, kadang membiarkan kabar menguap sendiri lebih efektif ketimbang menyalakan api perdebatan. Diam bukan berarti pasrah; bisa jadi ia tengah menyiapkan jurus untuk meredam arus atau justru mengalihkan arah ombak.
Yang membuat situasi ini semakin kompleks, Bahlil juga harus membagi fokusnya pada urusan kementerian. Sektor energi dan sumber daya mineral sedang penuh tantangan, mulai dari harga energi global hingga proyek strategis nasional. Menyulap diri menjadi menteri yang sigap sekaligus ketua umum yang kuat adalah pekerjaan yang menuntut konsentrasi ganda—dan sekarang, ditambah bonus isu munaslub.
Pada akhirnya, apakah isu ini akan mereda seperti riak kecil atau justru membesar menjadi gelombang yang menghempaskan kepemimpinannya, semua bergantung pada langkah berikutnya. Satu hal yang pasti, Bahlil kini tahu betul bahwa di dunia politik, masa bulan madu bisa berakhir sebelum lilin ulang tahun padam. Dan kalau ia mampu melewati badai ini, namanya akan tercatat sebagai kapten kapal Golkar yang berhasil menahan guncangan di tahun-tahun awal pelayarannya (***)