Notification

×

Iklan

Iklan

Tradisi Menyisakan Makanan, Cermin Etika Sosial Orang Melayu Banyuasin

Sabtu, 26 Juli 2025 | 15.48.00 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-29T04:18:05Z

Irwan P. Ratu Bangsawan (Budayawan Banyuasin) 

Sembawa, Banyuasin Pos – Masyarakat Melayu Banyuasin memiliki satu tradisi unik dalam bersosialisasi dan bersantap, yakni kebiasaan menyisakan makanan ringan seperti camilan dan kue-kue dalam berbagai kesempatan, baik santai maupun dalam hajatan. Tradisi ini bukan sekadar kebiasaan, tetapi mencerminkan etika sosial yang tinggi dan nilai-nilai budaya yang dijunjung turun-temurun.

Budayawan Banyuasin, Irwan P. Ratu Bangsawan, menjelaskan bahwa kebiasaan menyisakan sedikit makanan, khususnya camilan seperti pempek, bolu, atau kue kering, adalah bentuk kesopanan dan sikap tidak rakus di depan orang lain. Orang Melayu Banyuasin memiliki rasa segan yang tinggi, terutama ketika bersantap bersama orang lain. Menurut Irwan, hal ini merupakan cara halus untuk menunjukkan bahwa seseorang tidak ingin terlihat mendominasi suguhan yang disediakan.

Tradisi ini bahkan tetap berlaku dalam acara formal seperti kenduri atau pesta pernikahan. Meskipun hidangan melimpah, orang Melayu Banyuasin tetap menyisakan sedikit sebagai bentuk penghormatan kepada tuan rumah dan tamu lainnya. Irwan menyebut bahwa tindakan ini merupakan wujud dari rasa hormat dan empati sosial.

Namun, ia menegaskan bahwa tradisi ini hanya berlaku untuk makanan ringan atau camilan. Untuk hidangan utama seperti nasi, burgo, dan lakso, orang Melayu Banyuasin justru dianjurkan untuk menghabiskannya. Menyisakan makanan pokok dianggap tidak sopan dan bisa diartikan sebagai tanda ketidakpuasan terhadap sajian tuan rumah.

Irwan juga mengaitkan kebiasaan ini dengan konsep “malu” dalam budaya Melayu yang berfungsi sebagai kontrol sosial. Orang Melayu Banyuasin sangat menjaga perilaku agar tidak menimbulkan persepsi negatif dari orang lain. Dalam konteks makan bersama, menghabiskan semua suguhan ringan bisa dianggap sebagai tindakan yang kurang beretika.

Selain itu, menurut Irwan, kebiasaan ini juga menumbuhkan nilai-nilai kebersamaan dan kesetaraan. Dengan menyisakan sedikit makanan, seseorang secara simbolis memberi ruang bagi orang lain untuk turut menikmatinya. Hal ini memperkuat rasa saling menghargai dan menciptakan suasana yang harmonis dalam interaksi sosial.

Ia menambahkan bahwa tradisi ini juga ditanamkan sejak dini kepada anak-anak. Mereka diajarkan untuk tidak serakah dan selalu berbagi, termasuk dalam hal makanan. Kebiasaan ini dianggap sebagai pelajaran penting untuk menumbuhkan kontrol diri dan sikap tenggang rasa sejak usia dini.

Bagi masyarakat Melayu Banyuasin, tindakan sederhana seperti menyisakan makanan ringan mengandung makna yang dalam. Irwan menyatakan bahwa inilah bentuk kesadaran budaya yang memperkuat identitas mereka, di mana etiket dan kesopanan dijadikan fondasi dalam membangun hubungan sosial yang rukun dan damai (***) 

×
Berita Terbaru Update