BANYUASIN - Menyongsong musim kemarau, Kepolisian Resor (Polres) Banyuasin mengingatkan masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara dibakar. Langkah ini diambil untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah tersebut.
AKBP Ruri Prastowo selaku Kapolres Banyuasin mengungkapkan bahwa saat ini status kewaspadaan terhadap karhutla telah ditingkatkan. “Masyarakat harus berhenti menggunakan api sebagai metode membuka lahan. Bila melihat kebakaran sekecil apa pun, segera laporkan ke aparat terdekat,” tegasnya saat ditemui di Mapolres, Kamis.
Ia juga menyampaikan bahwa masyarakat diminta tidak membuang puntung rokok sembarangan, meninggalkan bara api di area terbuka, ataupun melakukan praktik pembakaran lainnya. "Semua tindakan itu berisiko memicu kebakaran," katanya memperingatkan.
Ruri pun menyinggung sanksi hukum berat yang menanti pelaku pembakaran lahan. "UU Nomor 32 Tahun 2009 jelas menyebutkan, pelaku bisa dikenakan hukuman penjara minimal tiga tahun dan maksimal sepuluh tahun, serta denda antara tiga hingga sepuluh miliar rupiah," katanya mengutip isi Pasal 108 dalam undang-undang tersebut.
Di sisi lain, upaya kolaboratif juga terus diperkuat oleh Pemerintah Kabupaten Banyuasin. Bupati Askolani menjelaskan bahwa pemerintah daerah telah membentuk satuan tugas terpadu dalam menghadapi ancaman karhutla tahun 2025. Tim ini terdiri dari unsur TNI, Polri, Manggala Agni, BPBD, kelompok tani peduli api, relawan, dan masyarakat.
“Kami ingin memastikan semua unsur terhubung dalam kesiapsiagaan. Koordinasi dan sinergi adalah kunci,” ujar Askolani.
Ia mengungkapkan, berdasarkan laporan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, luas lahan terbakar di Banyuasin pada 2023 mencapai lebih dari 27 ribu hektare. Namun pada 2024, jumlah itu turun drastis menjadi hanya sekitar 2.800 hektare. Menurutnya, capaian tersebut adalah hasil nyata dari kerja sama lintas sektor.
“Kami ingin prestasi itu terulang, bahkan lebih baik. Target kami tahun ini adalah nol titik api dan tidak ada lagi lahan yang terbakar,” kata Askolani dengan optimistis (***)