Foto Antara |
Kepala PPATK tiba lebih dahulu ke istana sekitar pukul lima sore. Ketika dicecar wartawan, Ivan hanya menyebut bahwa dirinya belum tahu agenda pasti pertemuan itu. Beberapa menit kemudian, Gubernur BI menyusul tanpa memberikan keterangan apapun. Sementara itu, suara-suara protes dari warga terus bermunculan, menyoroti kebijakan yang dianggap tidak manusiawi dan menyulitkan rakyat kecil.
Menanggapi polemik ini, Ivan Yustiavandana menegaskan bahwa langkah pemblokiran adalah bagian dari upaya mencegah penyalahgunaan rekening untuk kejahatan finansial. “Banyak rekening pasif yang dipakai untuk transaksi ilegal tanpa sepengetahuan pemiliknya. Ini langkah perlindungan,” ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa dana nasabah tidak hilang dan rekening bisa kembali diaktifkan jika pemilik datang ke bank.
Meski begitu, sebagian masyarakat menilai bahwa kebijakan ini mencerminkan ketimpangan dalam memahami realitas ekonomi rakyat. “Kadang orang baru isi tabungan kalau ada rezeki. Bukan berarti salah,” ujar Mardiyah. Seruan publik kini mengarah pada pentingnya penyesuaian regulasi dengan kondisi sosial, agar tindakan penertiban tidak justru menindas masyarakat kecil (***)