Notification

×

Iklan

Iklan

Erick Thohir, Kluivert, dan Keinginan Tembus Piala Dunia

Jumat, 25 Juli 2025 | 13.51.00 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-25T06:51:22Z



Sepak bola Indonesia sedang berada di persimpangan menarik menjelang Piala Dunia 2026. Di tengah ambisi besar untuk menembus panggung dunia, nama Erick Thohir sebagai Ketua Umum PSSI menjadi sorotan utama. Dengan pengalaman kepemimpinannya di dunia olahraga dan bisnis, Erick membawa visi transformasi yang berani. Salah satu langkah signifikan yang diambilnya adalah menunjuk Patrick Kluivert, mantan bintang sepak bola Belanda, sebagai pelatih Timnas Indonesia. Keputusan ini mencerminkan tekad untuk mengangkat prestasi sepak bola nasional ke level yang lebih tinggi.


Erick Thohir bukan nama asing di dunia sepak bola internasional. Sebelum memimpin PSSI, ia pernah memiliki saham di klub besar seperti Inter Milan dan DC United. Pengalaman ini memberinya wawasan luas tentang pengelolaan sepak bola profesional. Ketika ia mengambil alih PSSI, harapan publik melonjak, terutama setelah melihat fondasi yang telah dibangun oleh pelatih sebelumnya, Shin Tae-yong. Namun, keputusan untuk menggantikan Shin dengan Kluivert menimbulkan pro dan kontra, menandakan bahwa Erick siap mengambil risiko demi mimpi besar: Piala Dunia.


Patrick Kluivert, dengan rekam jejaknya sebagai pemain bintang di Barcelona dan AC Milan, membawa aura prestise ke Timnas Indonesia. Meski pengalamannya sebagai pelatih belum setenar Shin Tae-yong, Kluivert memiliki pemahaman taktik yang mendalam dan koneksi kuat di sepak bola Eropa. Penunjukannya oleh Erick Thohir menunjukkan strategi jangka panjang untuk memanfaatkan potensi pemain keturunan dan meningkatkan daya saing tim. Namun, tantangan besar menanti, terutama dalam membuktikan bahwa ia bisa melanjutkan momentum yang telah dibangun sebelumnya.


Salah satu aspek menarik dari kolaborasi ini adalah pernyataan Kluivert bahwa Erick Thohir tidak menetapkan target eksplisit untuk lolos ke Piala Dunia 2026. Dalam wawancara, Kluivert mengungkapkan bahwa meskipun tidak ada tekanan formal, ia dan tim memiliki tekad kuat untuk mewujudkan impian tersebut. Pernyataan ini bisa dilihat sebagai pendekatan fleksibel dari Erick, memberikan ruang bagi Kluivert untuk berkreasi tanpa beban berlebih. Namun, di sisi lain, hal ini juga memicu pertanyaan: apakah absennya target menunjukkan pragmatisme atau kurangnya ambisi?


Timnas Indonesia saat ini berada di posisi yang menjanjikan dalam putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Dengan enam poin dari enam pertandingan di Grup C, peluang lolos masih terbuka lebar. Erick Thohir tampaknya memahami bahwa empat pertandingan sisa akan menjadi penentu. Ia pernah menyatakan bahwa finis di dua besar grup, yang berarti lolos langsung ke Piala Dunia, adalah skenario ideal. Di sinilah peran Kluivert diuji, terutama dalam laga krusial melawan Australia dan Bahrain pada Maret 2025.


Keputusan Erick untuk mendatangkan Kluivert juga didukung oleh langkah strategis lainnya, seperti naturalisasi pemain berkualitas. Nama-nama seperti Emil Audero Mulyadi, Dean James, dan Joey Pelupessy menjadi bagian dari rencana untuk memperkuat skuad. Kolaborasi antara visi Erick dan eksekusi Kluivert di lapangan diharapkan menciptakan harmoni yang membawa hasil positif. Namun, proses adaptasi pemain baru dan perubahan gaya kepelatihan bisa menjadi ujian tersendiri bagi tim. 


Di balik optimisme, ada risiko yang tidak bisa diabaikan. Debut Kluivert yang kurang memuaskan, dengan kekalahan telak 5-1 dari Australia, menjadi alarm bagi PSSI dan publik. Kritik pun mengalir, mulai dari pemilihan taktik hingga keputusan pergantian pelatih di tengah kualifikasi. Erick Thohir menanggapi dengan tenang, menyebut bahwa peluang masih ada dan meminta pemain tetap percaya diri. Sikap ini menunjukkan bahwa ia lebih fokus pada proses jangka panjang ketimbang hasil instan, meskipun tekanan publik terus meningkat.


Hubungan antara Erick Thohir dan Patrick Kluivert ternyata sudah terjalin sejak Piala Asia 2023. Pertemuan singkat di Qatar menjadi awal dari komunikasi yang berkelanjutan, hingga akhirnya berujung pada penunjukan Kluivert. Kedekatan ini memberikan gambaran bahwa Erick tidak mengambil keputusan secara impulsif, melainkan melalui pertimbangan matang. Ia ingin pelatih yang tidak hanya kompeten, tetapi juga memahami visi besar yang ia canangkan untuk sepak bola Indonesia.


Di mata suporter, perjalanan menuju Piala Dunia adalah perpaduan antara mimpi dan realitas. Dukungan fanatik dari tribun stadion hingga platform digital mencerminkan semangat kolektif yang luar biasa. Erick Thohir dan Kluivert memiliki tanggung jawab besar untuk mengelola ekspektasi ini. Jika berhasil, mereka akan mencatatkan sejarah sebagai arsitek kebangkitan sepak bola Indonesia. Namun, jika gagal, keputusan berani Erick bisa menjadi bumerang yang sulit dilupuskan.


Pada akhirnya, kolaborasi Erick Thohir dan Patrick Kluivert adalah simbol dari harapan baru. Dengan pendekatan yang menggabungkan pengalaman internasional, strategi naturalisasi, dan pembinaan talenta lokal, Indonesia memiliki peluang nyata untuk menembus Piala Dunia 2026. Tantangan besar masih ada di depan mata, tetapi dengan sinergi yang tepat, mimpi itu bukan lagi sekadar angan. Sepak bola Indonesia sedang menapaki langkah berani, dan dunia sedang menanti hasilnya (***) 

 
×
Berita Terbaru Update