Oleh: M. Irwan P. Ratu Bangsawan
Di zaman serba digital, Indonesia tampaknya telah menemukan tambang emas baru: data pribadi. Tapi tenang, pemerintah bilang yang dikirim ke Amerika Serikat bukan data pribadi, cuma data komersial. Artinya, tak perlu panik meski informasi tentang nama, alamat, preferensi belanja, dan tabiat scroll TikTok Anda ikut terbawa arus perdagangan. Yang penting, jangan bilang “pribadi,” cukup bilang “ekspor nonmigas versi digital.”
Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad tampil menenangkan suasana dengan pernyataan khas: belum bisa bersikap. Menurutnya, Komisi I akan segera melakukan komunikasi—kalau perlu sambil liburan masa reses. Bisa lewat undangan resmi, bisa juga lewat siniar, siapa tahu lebih santai. Sikap tegas? Nanti saja setelah semua data dikaji, diperiksa, dibahas, dan dilupakan secara sistematis.
Jurubicara Kemenko Perekonomian, Haryo Limanseto, menyebutkan data yang dipindahkan ke AS itu bukan data pribadi, hanya data komersial. Seolah-olah kita ini sedang mengirim daftar belanja bulanan, bukan histori perilaku digital seluruh warga negara. Tapi tak usah khawatir, karena selama bukan disebut “pribadi,” maka semuanya bisa dinegosiasikan. Bahkan mungkin bisa dibarter dengan kursus AI gratis.
Di sisi lain, rakyat kebingungan membedakan antara data komersial dan data yang tidak bisa dibeli dengan uang. Sementara kita ribut tentang harga cabai, ternyata aktivitas digital kita sedang dijadikan grafik pertumbuhan oleh pihak luar. Privasi, rupanya, lebih murah daripada voucher Shopee. Tak heran, jika suatu hari orang Indonesia dapat iklan “How to Secure Your Data in a Country That Doesn’t.”
Di Senayan, isu ini diperlakukan seperti hujan rintik-rintik. Tidak cukup deras untuk membuat banjir opini. Tidak cukup penting untuk disorot sebelum viral. Tapi cukup hangat untuk dijadikan alasan menunda rapat. Bagaimanapun juga, DPR punya prinsip: jika masalah bisa dikaburkan dengan istilah teknis dan dialog tak kunjung rampung, maka urusan sudah dianggap selesai.
Maka dari itu, selamat datang di era baru: ketika hak digital Anda bisa ditransfer tanpa biaya admin, ketika privasi Anda jadi bahan negosiasi internasional, dan ketika satu-satunya yang belum terekspos adalah siapa sebenarnya yang diuntungkan. Jangan lupa senyum, karena kamera sudah menyala—dan semua data Anda sedang diaudit sambil ngopi (***)