Dilansir dari APNews.com Pembelian ini disetujui oleh Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, menurut laporan. Keputusan tersebut menunjukkan perubahan orientasi kebijakan pertahanan, yang dahulu lebih mengutamakan mitra dari Amerika Serikat, Eropa, dan sekutu Barat.
Ada beberapa alasan strategis di balik keputusan ini:
1. Diversifikasi Sumber Alutsista
Dengan mengambil alih sebagian ketergantungan dari pemasok Barat, Indonesia berupaya mengurangi risiko tekanan politik atau ekonomi dari mitra lama.
2. Biaya & Kecepatan Produksi
Jet dari China sering kali ditawarkan dengan paket harga yang lebih kompetitif, serta ketersediaan suku cadang dan transfer teknologi yang dapat dinegosiasikan.
3. Pengaruh Regional
Di Asia Tenggara, China telah memperluas pengaruh militernya. Langkah Indonesia bisa dipandang sebagai penyeimbang diplomatik dan pertahanan.
Namun, keputusan ini tak lepas dari risiko geopolitik:
Negara-negara sekutu Barat mungkin merespons dengan tekanan diplomatik atau pembatasan kerjasama industri militer.
Isu kepercayaan publik dan anggaran: pembelian jet tempur itu memerlukan dana besar yang bisa memicu kritik di tengah tantangan ekonomi.
Dampak hubungan dengan negara-negara tetangga dan sensitivitas di wilayah konflik maritim.
Presiden Prabowo Subianto yang memiliki latar militer besar, mungkin melihat hal ini sebagai penguatan posisi pertahanannya. Dengan langkah ini, pemerintahan Prabowo semakin menunjukkan keseriusan dalam soal kedaulatan dan kapabilitas militer.
Masa depan politik dalam negeri juga bisa terpengaruh: partai oposisi dan tokoh sipil mungkin menggunakan keputusan ini sebagai titik kritik terhadap transparansi, pengeluaran militer, atau dampak luar negeri.(**)