-->

Notification

×

Iklan

Iklan

DI BAWAH UPAH MINIMUM

Senin, 27 Oktober 2025 | 15.45 WIB | 0 Views Last Updated 2025-10-27T09:37:36Z

 


Puisi

Karya: Pebriyan Arisca Pratama 


Di kota ini, langit berwarna abu pabrik.

Asap menari di antara jemuran,

dan buruh berjalan tergesa

membawa sisa tenaga semalam.


Upah minimum, ya.

angka kecil di slip gaji

yang tak mampu menampung harga lapar.

Namun setiap akhir bulan,

mereka tetap tersenyum,

seakan hidup adalah janji yang bisa dicicil.


Lihatlah, si anak rantau itu,

meniti nasib di bawah papan reklame

tentang “kemakmuran kota.”

Ia menunda bahagia demi selembar rupiah,

menyulam harapan di kamar kontrakan

yang cat dindingnya turut mengelupas bersama mimpinya.


Sementara di gedung kaca itu,

para penguasa tertawa ringan,

mengucap tentang produktivitas,

tentang efisiensi,

tentang masa depan yang katanya cerah.


Tapi di bawah sana,

masa depan itu bekerja lembur,

dengan tangan yang retak

dan mata yang tak lagi berani menatap pagi.


Mereka memotong sana-sini,

mengatur angka seperti potongan roti,

seolah hukum bisa dibengkokkan

asal tak terlihat kamera.


Legal di atas meja,

tapi disulap di bawahnya.

Slip gaji jadi saksi, tak tahan lagi

bagaimana keadilan disunat

dengan tangan berkepala songkok.


Malam pun turun pelan.

Kopi sachet menghangatkan kesunyian,

doa pelan-pelan diselipkan

antara marah, takut dan pasrah.


“Aku baik-baik saja,”

katanya lewat sambungan internet harian murah,

menipu jarak dan kenyataan

dengan suara yang nyaris patah.



×
Berita Terbaru Update