Notification

×

Iklan

Iklan

Mengungkap Identitas Melayu Banyuasin, Rumah Budaya di Pesisir Sumatera

Minggu, 07 September 2025 | 17.25 WIB | 0 Views Last Updated 2025-09-07T10:29:18Z
Ilustrasi 
Banyuasin adalah sebuah daerah yang berdiri di atas aliran sungai-sungai besar, dari Musi hingga Selat Bangka. Sejak dahulu wilayah ini menjadi jalur penting perdagangan, tempat bertemunya berbagai bangsa dan kebudayaan. Namun di balik percampuran itu, ada satu benang merah yang terus bertahan dan mengikat masyarakatnya: identitas Melayu. Identitas ini bukan sekadar nama, melainkan sebuah cara hidup, pandangan dunia, dan warisan budaya yang dijaga turun-temurun.


Bahasa adalah pintu pertama untuk memahami jati diri Melayu Banyuasin. Dialek-dialek lokal yang masih terjaga di kampung-kampung menjadi bukti betapa bahasa menjadi perekat sosial. Pantun dan syair masih hidup dalam percakapan sehari-hari, bukan hanya di acara resmi, tetapi juga dalam senda gurau (begesah). Dari sana kita bisa melihat bahwa sastra lisan bukan sekadar hiburan, melainkan ruang pendidikan nilai dan etika.


Adat istiadat Banyuasin juga menjadi fondasi penting dalam membentuk karakter masyarakatnya. Upacara pernikahan, khitanan, hingga kenduri tahlilan sarat dengan nilai religius Islam. Filosofi “adat bersendi syara’, syara’ bersendi Kitabullah” benar-benar merasuk ke dalam kehidupan sehari-hari. Dari sini tampak bahwa Melayu Banyuasin bukan hanya menjalankan tradisi, tetapi juga memberi makna spiritual pada setiap langkah hidupnya.


Kehidupan sosial masyarakat Banyuasin menunjukkan betapa kuatnya nilai gotong royong (sambetan). Mulai dari membangun rumah, menggelar hajatan, hingga membantu keluarga yang terkena musibah, semua dilakukan bersama. Semangat ta’awun atau tolong-menolong dalam Islam berkelindan dengan adat lama yang menekankan kebersamaan. Dari sinilah lahir solidaritas sosial yang membuat masyarakat Banyuasin tetap kokoh di tengah perubahan zaman.


Selain adat dan nilai, identitas Melayu Banyuasin juga tampak pada seni dan budaya sehari-hari. Musik tradisional, tarian, hingga permainan rakyat masih menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, terutama di desa-desa. Seni itu bukan hanya hiburan, melainkan media untuk mengekspresikan kebersamaan dan menjaga hubungan sosial. Bahkan, dalam syair dan pantun, nilai moral dan ajaran agama sering diselipkan, seakan-akan seni adalah kitab kecil yang mengajarkan hidup.


Kuliner juga memainkan peran penting dalam merawat identitas. Masakan khas Banyuasin seperti gengan rampai talang, pindang, dan berbagai olahan ikan tidak sekadar mengenyangkan perut. Ia hadir sebagai penanda kebersamaan dalam jamuan keluarga dan masyarakat. Setiap kali ada kenduri, makanan tradisional ini menjadi simbol persaudaraan, mengikat orang-orang dalam suasana hangat di meja makan.

Gengan Rampai Talang sebagai warisan kuliner yang ada di masyarakat Melayu Banyuasin 

Tidak kalah penting adalah hubungan masyarakat Banyuasin dengan alam. Sungai, rawa, dan laut bukan hanya sumber penghidupan, tetapi juga bagian dari identitas mereka. Dari sungai, lahir budaya maritim yang membuat mereka terbuka pada dunia luar. Namun di saat yang sama, sungai juga menjadi ruang spiritual, tempat orang merenung, berdoa, dan memahami siklus kehidupan.


Identitas Melayu Banyuasin tidak pernah statis. Ia terus bergerak mengikuti arus zaman, dari pengaruh Hindu-Buddha di masa lalu, Islam di abad pertengahan, hingga kolonialisme dan globalisasi modern. Namun di tengah segala perubahan itu, ada nilai yang tetap terjaga: sopan santun, rasa hormat, dan semangat kebersamaan. Nilai-nilai inilah yang membuat identitas Melayu tetap hidup meski zaman terus berubah.


Dalam konteks hari ini, menjaga identitas Melayu Banyuasin berarti merawat bahasa, adat, dan nilai yang diwariskan leluhur. Itu bukan pekerjaan mudah, karena modernisasi kerap mengikis tradisi. Namun di banyak desa, kita masih bisa menemukan anak-anak yang berpantun, remaja yang ikut gotong royong, atau keluarga yang berkumpul dalam kenduri doa. Semua itu menegaskan bahwa akar budaya Melayu masih kuat menancap di tanah Banyuasin.


Dengan demikian, identitas Melayu Banyuasin adalah gambaran tentang sebuah masyarakat pesisir yang terbuka, religius, dan penuh kebersamaan. Ia lahir dari pertemuan sejarah panjang, diperkaya oleh tradisi lokal, dan diperteguh oleh ajaran Islam. Dari bahasa, adat, hingga kuliner, semua menjadi mosaik yang membentuk rumah budaya di pesisir Sumatera ini. Banyuasin bukan hanya sebuah daerah, melainkan ruang hidup di mana identitas Melayu terus berdenyut, lestari, dan bermakna bagi generasi hari ini maupun esok (***) 

×
Berita Terbaru Update