Banyuasin Pos — Menurut laporan BMKG Pemantauan hari tanpa hujan (HTH) secara berturut-turut menunjukkan bahwa 81,2% wilayah Sumatera Selatan masih mengalami hujan saat pemutakhiran data terkini. Wilayah dengan kategori HTH sangat pendek (1-5 hari) mencakup sebagian besar Musi Banyuasin, bagian timur Muratara, sebagian besar PALI, utara Muara Enim, utara Prabumulih, sebagian besar Lahat, serta sebagian kecil OKU dan OKU Timur. Wilayah dengan HTH pendek (6-10 hari) hanya ditemukan di sebagian kecil Banyuasin. Pos hujan Prajen, Banyuasin I, mencatat HTH terpanjang selama 7 hari berturut-turut.(11/9/25)
Dinamika Atmosfer dan Kondisi Cuaca
Data dasarian III Agustus 2025 menunjukkan Indeks Indian Ocean Dipole (IOD) sebesar -1,61 dan Indeks ENSO -0,46. Kondisi IOD diprediksi tetap negatif hingga Oktober 2025 dan beralih ke fase netral pada November. Sementara ENSO diperkirakan tetap netral sepanjang semester kedua 2025. Dominasi angin timuran terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia, dengan belokan angin di sekitar ekuator.
Pada awal dasarian III Agustus, gelombang Madden-Julian Oscillation (MJO) aktif di Fase 3 di wilayah Samudera Hindia, namun diperkirakan tidak aktif pada dasarian berikutnya. Gelombang Rosby ekuatorial diprediksi aktif di Kalimantan dan Sulawesi pada awal dasarian I September 2025.
Prediksi Curah Hujan Dasarian I September 2025
Sebagian besar wilayah Sumatera Selatan berpeluang lebih dari 50% mengalami curah hujan menengah (51-150 mm). Namun, wilayah Empat Lawang, sebagian Lahat, sebagian OKU Selatan bagian timur, sebagian kecil Musi Rawas Utara barat, OKI tenggara, dan OKU Timur selatan diperkirakan berpeluang di bawah 50% dengan curah hujan rendah (0-50 mm).
Himbauan untuk Warga Sumatera Selatan
Sumatera Selatan sedang memasuki masa peralihan musim dari kemarau ke hujan, kecuali dua zona musim (132 dan 138) yang sepanjang tahun 2025 diperkirakan tidak mengalami kemarau dan selalu hujan. Peningkatan peluang hujan di dasarian berikutnya mengharuskan masyarakat tetap waspada terhadap potensi dampak cuaca ekstrem, seperti hujan deras, angin kencang, dan munculnya titik panas yang memicu kebakaran lahan.
Upaya pencegahan seperti menjaga sanitasi lingkungan sekitar sangat penting untuk meminimalisir risiko kerugian akibat cuaca ekstrem dan kebakaran. Masyarakat diimbau untuk terus mengikuti informasi cuaca terbaru dari BMKG dan aparat setempat demi keselamatan bersama.(***)