![]() |
"Bajumput", salah satu motif batik yang ada di Kabupaten Banyuasin |
Banyuasin Pos – Batik yang selama ini identik dengan Jawa, kini menemukan bentuk baru di Banyuasin. Melalui kreativitas generasi muda, lahirlah “Bajumput” – perpaduan antara batik dan jumputan – dengan ragam motif khas daerah seperti bunga mangrove (pedade), rumah pesirah, udang, serta karet.
Hal tersebut diungkapkan oleh Anggi Fitrilia, perwakilan Kelompok Usaha Bersama (KUB) Etnik Bajumput Banyuasin, saat menjadi narasumber dalam program Mozaik Indonesia segmen UMKM di Studio Pro 1 RRI Palembang, Sabtu (27/9/2025). Menurut Anggi, Bajumput bukan sekadar produk fesyen, tetapi juga sarana pelestarian identitas lokal melalui sentuhan inovatif generasi muda.
Anggi menjelaskan bahwa awal mula kegiatan ini berangkat dari pelatihan yang digelar oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Banyuasin. Dari pelatihan tersebut, terbentuklah tim beranggotakan 20 orang yang sebagian besar merupakan generasi Z. “Setiap anggota memiliki peran masing-masing, mulai dari pewarnaan, pengecapan, pemasaran, hingga penjumputan yang membutuhkan waktu cukup lama. Dari kerja sama ini lahirlah berbagai produk seperti syal, tas pesta, pouch, dan souvenir etnik,” terangnya dalam wawancara dengan RRI.
Tidak hanya fokus pada produksi, KUB Bajumput juga menjadi ruang pemberdayaan masyarakat. Pemerintah Kabupaten Banyuasin turut mendorong pengembangan keterampilan membatik hingga ke lembaga pemasyarakatan, sehingga warga binaan dapat memiliki bekal keterampilan untuk berwirausaha. Program ini, menurut Anggi, menjadi bukti bahwa batik tidak hanya berperan dalam aspek budaya, tetapi juga dalam penguatan ekonomi kreatif masyarakat.
Meski didominasi oleh anak muda, produk Bajumput diminati lintas generasi. “Tidak hanya kaum muda, banyak juga masyarakat berusia di atas 30 tahun yang menggemari motif Bajumput. Jika dipakai dalam keseharian, kain ini sekaligus menjadi media promosi bagi Banyuasin,” jelas Anggi.
Dalam hal pemasaran, Bajumput telah dipromosikan melalui berbagai ajang seperti Kriya Sriwijaya, Dekranasda, E-Katalog, serta diperkenalkan secara digital melalui akun Instagram Galeri Wong Kito 2. Inovasi terus dilakukan, salah satunya dengan memadukan kain songket dan batik Banyuasin, sehingga menghasilkan karya yang lebih segar dan modern.
Menutup dialognya bersama RRI, Anggi menyampaikan harapan agar generasi muda terus menjaga dan mengembangkan potensi daerah. “Kalau bukan kita yang melestarikan, siapa lagi? Generasi muda harus berani menjadi bagian dari sejarah perubahan itu sendiri,” tegasnya (***)