![]() |
Prediksi Curah Hujan Dasarian I Agustus 2025. Sumber: staklim-sumsel.bmkg.go.id |
BANYUASIN POS - Berdasarkan data terbaru yang dirilis Stasiun Klimatologi Sumatera Selatan, Kabupaten Banyuasin secara resmi telah memasuki fase kritis musim kemarau. Analisis mendalam dari "Buletin Klimatologi Edisi Juli 2025" dan "Prediksi Curah Hujan Dasarian I Agustus 2025" mengonfirmasi kondisi kering ekstrem yang akan berlanjut, menempatkan wilayah ini dalam status kewaspadaan tinggi terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Curah Hujan di Titik Terendah
Data prediksi curah hujan untuk periode 1-10 Agustus 2025 (Dasarian I Agustus) menunjukkan bahwa hampir seluruh wilayah Banyuasin diprakirakan akan mengalami curah hujan dengan kriteria Sangat Rendah, yakni antara 0 hingga 20 mm per dasarian.
Kondisi ini merupakan kelanjutan dari tren bulan Juni 2025, di mana analisis BMKG menunjukkan curah hujan di Banyuasin berada di bawah normal. Proyeksi jangka panjang hingga Oktober 2025 pun tidak memberikan banyak harapan untuk hujan lebat. Prakiraan untuk Agustus dan September 2025 menunjukkan curah hujan tetap berada di kategori Rendah (0-100 mm/bulan), dengan sifat hujan "Bawah Normal".
IOD Positif Menguat
Menurut buletin BMKG, salah satu pendorong utama musim kemarau yang lebih kering tahun ini adalah dinamika atmosfer di Samudera Hindia. Saat ini, Indeks Dipole Mode (IOD) menunjukkan fase Positif yang terus menguat.
"IOD Positif menyebabkan suhu permukaan laut di barat Sumatera menjadi lebih dingin, sehingga potensi pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah Indonesia bagian barat, termasuk Sumatera Selatan, menjadi sangat berkurang," jelas seorang analis dalam buletin tersebut. Fenomena ini, meskipun ENSO (El Niño/La Niña) berada dalam kondisi Netral, cukup signifikan untuk menekan curah hujan secara drastis.
Banyuasin Kategori “Sangat Mudah Terbakar”
Dampak langsung dari kondisi iklim ini adalah meningkatnya ancaman karhutla. Peta Tingkat Kemudahan Terbakar (FFMC) yang dirilis BMKG secara tegas menempatkan seluruh wilayah Kabupaten Banyuasin dalam kategori Merah (Sangat Mudah Terbakar).
Artinya, lapisan atas tanah gambut dan serasah daun telah sangat kering dan siap menjadi bahan bakar. Pemicu api sekecil apa pun berisiko tinggi menyebabkan kebakaran yang dapat meluas dengan cepat. Wilayah dengan ekosistem gambut yang luas seperti Kecamatan Muara Sugihan, Muara Telang, dan sekitarnya menjadi area yang paling rentan.
Rekomendasi Mitigasi Berbasis Data
Menyikapi analisis ini, BMKG merekomendasikan langkah-langkah mitigasi yang mendesak:
- Optimalisasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC): Pemerintah Provinsi dan Kabupaten disarankan untuk mempertimbangkan pelaksanaan TMC atau hujan buatan, terutama jika hotspot mulai terdeteksi secara konsisten, mengingat potensi awan hujan alami sangat minim.
- Manajemen Air di Lahan Gambut: Perusahaan dan masyarakat pemilik lahan gambut dihimbau untuk memaksimalkan fungsi sekat kanal dan embung air untuk menjaga permukaan gambut tetap basah.
- Patroli Terpadu dan Sosialisasi Agresif: Mengingat tingkat kemudahan terbakar yang sangat tinggi, patroli terpadu dan sosialisasi larangan membakar lahan harus digencarkan hingga ke tingkat desa.
Periode Agustus hingga akhir September akan menjadi momen krusial bagi Banyuasin. Kewaspadaan dan tindakan pencegahan yang terukur berdasarkan data BMKG adalah menjadi untuk menghindari bencana ekologis dan kabut asap.(***)