Notification

×

Iklan

Iklan

Sepak Bola dan Nasionalisme

Selasa, 29 Juli 2025 | 09.42.00 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-29T02:45:27Z
Ilustrasi

Oleh: M. Irwan P. Ratu Bangsawan 
Pimred Banyuasin Pos

Sepak bola bukan cuma permainan 11 lawan 11 yang memperebutkan si kulit bundar. Bagi banyak orang, ini adalah soal harga diri, soal semangat kebangsaan, dan bahkan soal jati diri. Coba saja lihat setiap kali Timnas bermain, jalanan mendadak sepi, warung kopi penuh, dan suara klakson atau teriakan gol mengalahkan riuh pasar. Sepak bola menjelma menjadi panggung nasionalisme yang kadang lebih kuat dari pidato kenegaraan.


Uniknya, nasionalisme dalam sepak bola tidak melulu serius. Ia hadir dalam bentuk wajah dicat merah-putih, bendera dibentangkan dari atap rumah, sampai nama-nama pemain jadi bahan tebak-tebakan di grup WhatsApp keluarga. Kadang, kita lebih hafal formasi Timnas daripada kabinet menteri. Momen-momen ini menciptakan rasa kebersamaan yang aneh tapi nyata—kita merasa satu bangsa, setidaknya selama 90 menit pertandingan berlangsung.


Namun nasionalisme sepak bola juga bisa naik darah. Wasit dianggap "dibeli", lawan dicap "curang", dan netizen kita berubah menjadi analis taktik dadakan yang lebih galak dari pelatih sungguhan. Tapi dari sini kita belajar, cinta pada bangsa kadang datang lewat emosi yang meledak-ledak, bahkan kalau perlu lewat makian (yang semoga tidak kebablasan).


Yang menarik, banyak dari kita justru merasa lebih ‘Indonesia’ ketika menonton pertandingan daripada saat upacara bendera. Entah mengapa, melihat pemain muda berjuang, berkeringat, dan mencetak gol terasa lebih menyentuh ketimbang mendengar lagu wajib di sekolah. Mungkin karena sepak bola memberi ruang bagi rasa cinta tanah air yang alami, yang tumbuh dari rasa bangga, bukan karena kewajiban.


Tentu saja, kita tak bisa menggantungkan nasionalisme hanya pada sepak bola. Tapi setidaknya, ini jadi pengingat bahwa semangat kebangsaan bisa hadir di mana saja, bahkan di lapangan rumput. Asal kita tahu batas antara fanatisme dan sportivitas, antara mendukung dan membenci, maka sepak bola bisa jadi media pemersatu yang luar biasa.


Jadi, mari kita nikmati sepak bola bukan hanya sebagai hiburan, tapi sebagai ruang kecil untuk belajar mencintai tanah air. Karena kadang, nasionalisme itu lahir dari hal-hal sederhana—sebuah gol di menit akhir, pelukan antar pemain, atau bahkan air mata saat lagu kebangsaan dikumandangkan di tengah stadion (***) 

×
Berita Terbaru Update