Notification

×

Iklan

Iklan

Gengan Rampai Talang, Cita Rasa Khas Banyuasin yang Sarat Simbol Kehidupan

Selasa, 29 Juli 2025 | 08.00.00 WIB | 0 Views Last Updated 2025-07-29T04:14:50Z
BANYUASIN POS – Di balik kelezatan Gengan Rampai Talang, tersimpan kekayaan nilai budaya yang melekat kuat dalam kehidupan masyarakat Melayu Banyuasin. Hidangan khas ini tidak hanya menggugah selera, tetapi juga mengajarkan makna tentang kehidupan, alam, dan kearifan lokal yang tumbuh dari tanah Banyuasin, Sumatera Selatan.

M. Irwan P. Ratu Bangsawan, budayawan Banyuasin yang juga Pamong Budaya di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Banyuasin, menyebut Gengan Rampai Talang sebagai warisan kuliner yang tidak boleh dianggap remeh. “Setiap bahan dalam masakan ini punya arti. Ia bukan sekadar masakan, tapi pesan budaya yang dihidangkan dengan cara paling sederhana,” ujar Irwan yang juga dikenal sebagai penulis lagu-lagu daerah Banyuasin.

Gengan Rampai Talang diracik dari jantung pisang, batang keladi, kepala ikan asin duri, dan terung Talang berwarna kuning. Perpaduan bahan-bahan ini menghasilkan rasa gurih dan pedas yang khas, serta mudah diolah oleh masyarakat pedesaan. Namun, menurut Irwan, yang membuat hidangan ini istimewa bukan cuma rasa, melainkan simbolisme yang terkandung di dalamnya.

Terung Talang kuning, misalnya, dipercaya membawa makna kemakmuran dan kebahagiaan. Warna kuning melambangkan keberuntungan yang diharapkan hadir dalam setiap keluarga. Tak heran jika sayur ini sering disajikan dalam acara-acara penting seperti syukuran atau kenduri adat.
Kemudian jantung pisang, bahan yang mudah didapat namun penuh makna. Irwan menjelaskan bahwa jantung pisang melambangkan kesuburan dan kelimpahan. “Ia adalah simbol kehidupan baru dan harapan akan rezeki yang tak putus,” ungkapnya.

Batang keladi juga punya filosofi sendiri. Meski sering dianggap bahan sederhana, batang keladi menjadi lambang kesederhanaan dan kekuatan hidup. Ia tumbuh di banyak tempat, tangguh dan tak banyak tuntutan—seperti semangat hidup masyarakat Melayu Banyuasin yang teguh dan bersahaja.

Sementara itu, kepala ikan asin duri yang dikenal sulit diolah namun kaya rasa, menyiratkan pesan keberanian dan ketangguhan. “Bagi masyarakat kita, memilih bahan ini adalah bentuk keberanian. Karena dari yang sulit bisa lahir sesuatu yang nikmat,” tambah Irwan.

Makna simbolik dalam Gengan Rampai Talang tidak berhenti pada bahan utama. Bumbu-bumbu seperti kunyit, bawang merah, bawang putih, cabai, dan laos pun menyumbang filosofi tersendiri. Kunyit, misalnya, memberi warna kuning sekaligus menyimbolkan penyembuhan dan kesehatan yang harus dijaga.
Bawang merah dan bawang putih, bumbu pokok dalam masakan nusantara, menjadi lambang keharmonisan dan keseimbangan hidup. Sementara cabai memberi rasa pedas yang mencerminkan semangat dan keberanian dalam menjalani hidup.

Irwan menegaskan bahwa Gengan Rampai Talang bukan hanya warisan rasa, tetapi juga warisan nilai. Ia mengajak masyarakat Banyuasin untuk terus menjaga resep ini agar tidak punah di tengah gempuran kuliner modern. “Ini bukan cuma soal makanan. Ini soal jati diri,” ujarnya tegas.

Sebagai budayawan sekaligus pencipta lagu daerah, Irwan berharap tradisi kuliner seperti ini bisa dikenalkan lewat berbagai cara, termasuk lewat lagu, festival budaya, dan muatan lokal di sekolah. “Kalau ingin budaya kita bertahan, ya kita sendiri yang harus terus menyuarkannya,” pungkasnya (***) 
×
Berita Terbaru Update