Jakarta, Banyuasin Pos - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan alasan medis di balik wajah orang Indonesia yang kerap terlihat kusam dan kurang "glowing" dibandingkan warga negara maju. Menurut Sekretaris Utama BKKBN Prof. Budi Setiyono, penyebab utamanya bukanlah faktor genetik, melainkan tingginya kadar hormon stres (kortisol) akibat beban hidup yang berat, seperti kekhawatiran finansial dan ketidakpastian masa depan.
"Orang Eropa lebih glowing karena hidup mereka terjamin, sementara kita masih sibuk memikirkan cara memenuhi kebutuhan dasar," ujarnya dalam diskusi dengan media.
Prof. Budi menjelaskan bahwa kortisol, hormon yang diproduksi saat tubuh menghadapi tekanan, secara langsung memengaruhi penampilan wajah. Kadar kortisol yang tinggi membuat wajah terlihat lelah, kusam, dan tidak segar – sebuah gambaran yang sering ditemui pada wajah orang Indonesia sehari-hari.
Ia bahkan membandingkan kondisi ini dengan perbedaan wajah warga Korea Utara dan Korea Selatan: meski berasal dari etnis yang sama, wajah warga Korsel terlihat lebih cerah karena beban hidup mereka lebih ringan.
Pemerintah disebut sedang berupaya mengatasi masalah ini melalui program jaminan sosial, seperti makan bergizi gratis, koperasi, dan sekolah rakyat. Namun, Prof. Budi mengakui bahwa banyak masyarakat belum sepenuhnya merasakan manfaat program tersebut.
"Kalau ingin wajah glowing, kita harus naikkan dulu garis kesejahteraan," tegasnya, sambil menyindir bahwa solusinya bukanlah menikah dengan orang Eropa, melainkan memperbaiki sistem kesejahteraan dalam negeri.
Perbandingan historis juga diangkat oleh BKKBN, seperti perbedaan wajah warga Jerman Barat dan Timur sebelum reunifikasi. Warga Jerman Timur, yang hidup dalam tekanan ekonomi, terlihat lebih muram dibandingkan warga Jerman Barat – mirip dengan kondisi Indonesia saat ini.
Prof. Budi menekankan bahwa solusi jangka panjang adalah memastikan penduduk Indonesia memiliki penghasilan layak, pendidikan 12 tahun, dan sertifikat kompetensi untuk mengurangi ketergantungan pada stres kronis.
Terkait isu ini, pakar kesehatan dan pengamat sosial menilai pernyataan BKKBN sebagai kritik halus terhadap ketimpangan ekonomi Indonesia. Mereka sepakat bahwa meskipun faktor perawatan kulit penting, kesejahteraan hidup memang berdampak signifikan pada penampilan fisik.
Namun sebagian netizen menanggapi dengan candaan, seperti "Jadi selama ini skincare mahal ternyata kalah sama bantuan sembako?" atau "Glowing-nya orang Eropa itu karena pajak mereka dipakai buat subsidi kesehatan, bukan buat proyek fiktif". (***)