Notification

×

Iklan

Iklan

Beras dalam Garis Kemiskinan: Ironi Negara yang Menyudutkan Rakyat Miskin

Kamis, 31 Juli 2025 | 08.00.00 WIB | 0 Views Last Updated 2025-08-01T00:59:51Z

Rakyat kelas bawah bukan sebagai subjek yang harus dipenuhi hak-hak dasarnya, melainkan sebagai objek statistik yang bisa dikendalikan dan diatur demi menjaga stabilitas ekonomi makro dan legitimasi politik.

ilustrasi 


Opini, BANYUASINPOS.COM - Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia mengungkap fakta yang ironis dan menyayat hati: beras menyumbang 21,06% terhadap garis kemiskinan di perkotaan dan bahkan lebih besar di perdesaan, sebesar 24,91%. Sementara itu, rokok filter juga turut berkontribusi sekitar 10% terhadap garis kemiskinan. Fakta ini menghadirkan pertanyaan serius mengenai peran pemerintah dalam menghadapi persoalan pangan dan kemiskinan yang sesungguhnya.


Dari sudut pandang pemikiran Karl Marx, akar persoalan ini bukan sekadar soal statistik atau kebijakan fiskal, melainkan tentang ketimpangan struktur produksi dan distribusi sumber daya yang mengakar dalam sistem kapitalis. Garis kemiskinan yang menganggap beras sebagai beban dalam pengeluaran masyarakat miskin sesungguhnya mencerminkan cara pandang negara yang kurang peduli pada hak rakyat bawah atas pangan yang layak.


Melabeli konsumsi beras sebagai penyumbang beban kemiskinan adalah cara subtil untuk menyudutkan kelompok miskin, seolah-olah kebutuhan pokok mereka adalah biang keladi kemiskinan itu sendiri. Sementara itu, meski konsumsi rokok turut diperhitungkan, hal ini tidak boleh mengaburkan fakta bahwa masalah utama tetaplah ketidakmampuan rakyat kecil dalam memenuhi kebutuhan dasar yang paling mendasar.


Ketimpangan ini dibentuk oleh logika kapitalisme yang memposisikan rakyat kelas bawah bukan sebagai subjek yang harus dijamin hak-hak sosialnya, tapi sebagai objek yang dikendalikan demi stabilitas ekonomi dan kekuasaan politik. Ketika para elit politik menyuruh rakyat “makan singkong” atau “makan pisang” untuk mengurangi ketergantungan pada beras, hal tersebut bukan hanya menunjukkan ketidaktahuan mereka terhadap kenyataan lapangan, tapi juga bentuk alienasi yang drastis antara penguasa dan rakyat proletar.


Seiring dengan logika negara kapitalis yang ingin menampilkan kesan akuntabilitas dan transparansi, tapi pada saat yang sama juga menegaskan narasi yang menyudutkan kelompok miskin sebagai "pemboros" atau "beban konsumsi", khususnya pada komoditas pangan pokok yang sesungguhnya menjadi kebutuhan hakiki mereka.


Dalam pandangan Marx, negara adalah alat kelas penguasa yang menjaga tatanan sosial-ekonomi yang timpang. Karena itu, menempatkan beras pada posisi beban dalam garis kemiskinan artinya negara gagal menjalankan fungsinya sebagai pelindung rakyat kecil yang mestinya menjamin kedaulatan pangan dan jaminan sosial bagi kelompok paling rentan.


BPS bukanlah pelaku kebijakan utama, tetapi instrumen statistik yang datanya dapat dipolitisasi dan diinterpretasikan secara timpang untuk mempertahankan status quo kelas penguasa. Sebagaimana dipahami dari perspektif Marx, lembaga semacam ini berfungsi sebagai bagian dari superstruktur negara yang secara sistemik mendukung hubungan produksi kapitalis yang timpang dan menstabilkan dominasi kelas penguasa atas kelas pekerja dan miskin.


Kebijakan yang benar-benar berpihak pada rakyat miskin harus bersifat revolusioner: bukan sekadar menghitung apa yang menjadi beban konsumsi mereka, tapi menghadirkan subsidi dan program kedaulatan pangan yang nyata. Mereduksi peran beras dalam garis kemiskinan tanpa menyentuh akar masalah ketidakadilan struktural hanya memperkuat ketimpangan dan alienasi sosial.


Oleh karena itu, kritik terhadap data BPS dalam hal ini bukan saja soal keakuratan atau teknis statistik, melainkan juga refleksi kritis terhadap bagaimana data dan analisis resmi negara dapat menjadi instrumen represi sosial dengan cara membingkai kemiskinan sebagai masalah individual dan konsumsi, bukan sebagai hasil struktural ketidakadilan ekonomi yang harus dirobah secara radikal.(***)


Langsung jadi yang terdepan dengan mengikuti berita dan artikel pilihan setiap hari di genggamanmu! Gabung sekarang ke WhatsApp Channel Banyuasinpos.com—cukup klik https://whatsapp.com/channel/0029VbBHumrCnA7qJz2aaw2O, Rasakan sensasi dapat kabar tercepat—kapan saja, di mana saja! Jangan sampai ketinggalan, ayo join sekarang juga!

×
Berita Terbaru Update