-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Dekranasda Sumsel Launching Wastra Warisan Historis: Perelung, Bidak, Prado, dan Kain Tradisional Lainnya

Jumat, 10 Oktober 2025 | 16.44 WIB | 0 Views Last Updated 2025-10-10T09:44:54Z
Dekranasda Sumsel resmi meluncurkan wastra khas Sumatera Selatan — termasuk kain Perelung Besemah, Bidak Galah Napuh Komering, Prado Palembang, Bidak Cukit OKI, dan Sungkit Ugan OKU. Peluncuran di Festival Sriwijaya ini diiringi kebijakan ASN wajib pakai wastra tiap Jumat. Foto: Dandy N.F/Roemah Soematera 


PALEMBANG, Banyuasin Pos — Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan melalui Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Sumsel menggelar peluncuran Wastra Warisan Sumatera Selatan dalam rangka Festival Kreatif Sriwijaya, Kamis (9/10/2025). Peluncuran ini menampilkan kain tradisional dari berbagai etnis yang kaya nilai historis dan kearifan lokal.


Beberapa wastra yang diperkenalkan antara lain:


1. Kain Perelung suku Besemah (kabupaten Lahat dan Pagaralam


2. Kain Bidak Galah Napuh suku Komering (OKU Timur


3. Kain Prado khas Palembang 


4. Kain Bidak Cukit (Ogan Komering Ilir – OKI


5. Kain Sungkit Ugan suku Ogan (OKU) 


Gubernur Sumatra Selatan, Herman Deru, dalam sambutannya menyatakan bahwa peluncuran wastra ini dilatarbelakangi penelusuran panjang tim Dekranasda terhadap kain-kain langka yang nyaris punah. Salah satu yang dikembalikan ke publik adalah Kain Sungkit Ugan, yang sebelumnya hanya tersimpan di dokumentasi museum luar negeri. 

Launching Wastra Warisan Sumsel. Foto: Dandy N.F/Roemah Soematera 

Selain peluncuran, Gubernur Herman Deru juga mengeluarkan kebijakan baru: mulai Jumat mendatang, seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) di Sumsel wajib mengenakan wastra daerah tiap hari Jumat. Kebijakan ini digulirkan guna menumbuhkan rasa bangga terhadap produk budaya lokal serta memperkuat identitas daerah.  


Ketua Dekranasda Sumsel, Febrita Lustia Herman Deru, menyebut bahwa proyek wastra ini merupakan hasil kerja kolaboratif antara pemerintah daerah, pengrajin lokal, dan generasi muda. Feby juga aktif melakukan pelatihan teknik dasar tenun untuk menjaga keterampilan lokal agar tidak punah. 


Kain Perelung Besemah sendiri memiliki sejarah kuat dalam komunitas Pasemah/Besemah. Dalam warisan budaya lokal, kain ini pernah menjadi simbol status sosial. Motif-motif tenunan khasnya — sekitar 11 motif — menunjukkan kemampuan nenek moyang dalam meramu warna dan pola yang harmonis. 


Dengan peluncuran ini, diharapkan wastra-wastra etnik di Sumsel kembali hidup, digunakan dalam kehidupan sehari-hari, dan menjadi sumber kebanggaan serta nilai ekonomi bagi masyarakat pengrajin lokal.(***)

×
Berita Terbaru Update