![]() |
Ilustrasi |
Banyuasin Pos – Di tengah modernisasi yang terus berjalan, masyarakat Melayu Banyuasin masih memegang teguh tradisi dan etika bersosialisasi yang diwariskan turun-temurun. Salah satu kebiasaan yang menarik perhatian adalah tradisi menyisakan sedikit makanan, khususnya camilan, saat bersantap bersama.
Kebiasaan ini terlihat ketika suguhan seperti pempek, bolu, kue kering, atau berbagai camilan lain dihidangkan. Meskipun tuan rumah mempersilakan untuk mengambil sepuasnya, orang Melayu Banyuasin cenderung meninggalkan sedikit bagian. Alasannya sederhana namun sarat makna: rasa segan dan keinginan untuk tidak dianggap rakus di hadapan orang lain.
Tradisi ini tidak hanya berlaku di suasana santai, tetapi juga pada acara formal seperti kenduri dan hajatan. Walau makanan berlimpah, mereka akan tetap menyisakan sebagian kecil, sebagai bentuk penghormatan kepada tuan rumah dan tamu lainnya. Menariknya, kebiasaan ini tidak berlaku untuk hidangan utama seperti nasi, burgo, atau lakso. Menyisakan makanan pokok justru dianggap pemborosan atau tanda tidak puas.
![]() |
Ilustrasi |
Kebiasaan ini erat kaitannya dengan konsep malu dalam budaya Melayu. Menghabiskan semua makanan yang disajikan bisa dianggap kurang sopan. Dengan menyisakan sedikit, mereka menunjukkan kepedulian kepada orang lain serta menjaga suasana kebersamaan.
Nilai ini ditanamkan sejak kecil. Anak-anak diajarkan untuk berbagi, tidak serakah, dan menghargai suguhan yang diberikan. Di sisi lain, tradisi ini menjadi bentuk kontrol diri dan cerminan kesederhanaan yang dihargai dalam masyarakat Melayu Banyuasin.
Lebih dari sekadar kebiasaan makan, tradisi ini menjadi penjaga harmoni sosial. Dalam kehidupan bermasyarakat yang mengutamakan kebersamaan, tindakan kecil seperti menyisakan makanan membantu menciptakan rasa saling menghormati dan mempererat hubungan antarwarga.
Tradisi menyisakan camilan bukan hanya soal etiket, tetapi bagian dari identitas budaya yang memperlihatkan bagaimana masyarakat Melayu Banyuasin menjunjung tinggi sopan santun, kesetaraan, dan rasa kebersamaan (***)