 |
| Ilustrasi |
Banyuasin Pos - Jagat maya dalam sepekan terakhir diramaikan oleh fenomena unik: ajakan untuk mengibarkan bendera bajak laut dari serial anime Jepang One Piece—yang dikenal dengan simbol tengkorak Jolly Roger. Aksi ini bukan sekadar euforia penggemar anime, melainkan isyarat simbolik yang menyiratkan ketidakpuasan masyarakat terhadap situasi politik dan ekonomi belakangan ini.
Mendekati peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia yang ke-80, sebagian warganet memilih untuk mengekspresikan kegelisahan mereka melalui simbol budaya pop. Bendera Jolly Roger, yang dalam konteks serial tersebut melambangkan pemberontakan, kebebasan, dan solidaritas antarkru bajak laut, diadopsi sebagai lambang perlawanan terhadap apa yang dianggap sebagai kebijakan publik yang tidak berpihak.
Sejumlah unggahan di media sosial memperlihatkan warganet mengganti foto profil mereka dengan lambang Jolly Roger, bahkan beberapa mengaku telah mencetak dan mengibarkannya secara nyata di halaman rumah. Tagar #KibarkanBenderaOnePiece sempat meramaikan lini masa X (dulu Twitter) dan Instagram, menjadi semacam aksi virtual yang menyatukan suara-suara kecewa dalam bentuk visual yang kreatif.
Fenomena ini memicu perdebatan. Sebagian pihak menilai aksi tersebut sebagai bentuk kritik sosial yang sah, selama tidak melanggar hukum. Namun ada juga yang mempertanyakan legalitas pengibaran bendera non-nasional dalam konteks hari kemerdekaan.
Meski belum ada larangan resmi dari aparat penegak hukum, pakar hukum tata negara mengingatkan bahwa pengibaran bendera asing atau simbol lain di momen kenegaraan tetap harus memperhatikan norma dan aturan perundang-undangan.
Namun satu hal jelas: di tengah beragam keterbatasan menyalurkan aspirasi, masyarakat menemukan jalannya sendiri, meski harus menumpang pada layar kaca dunia fiksi bajak laut (***)
