Notification

×

Iklan

Iklan

5 Agustus 2025, Hari Terpendek Ketiga Sepanjang Tahun

Selasa, 05 Agustus 2025 | 08.06.00 WIB | 0 Views Last Updated 2025-08-05T01:06:16Z
Ilustrasi 

BANYUASIN POS– Fenomena alam langka terjadi hari ini, Selasa (5/8), saat Bumi tercatat menyelesaikan rotasi hariannya 1,25 milidetik lebih cepat dari biasanya. Peristiwa ini menjadikan 5 Agustus 2025 sebagai hari terpendek ketiga sepanjang tahun, menurut laporan lembaga pengamatan antariksa, Space.


Meski perbedaan waktu tersebut nyaris tak terdeteksi dalam kehidupan sehari-hari, ilmuwan menyebut percepatan rotasi ini sebagai indikator penting perubahan dinamika internal planet Bumi. Percepatan tersebut menjadi perhatian dalam kajian geofisika dan sistem waktu presisi tinggi.


Percepatan Tak Lazim

Secara teknis, satu hari terdiri atas 86.400 detik—jumlah waktu yang dibutuhkan Bumi untuk berputar penuh pada porosnya. Namun, rotasi Bumi bukan sistem mekanik yang stabil. Ia dipengaruhi oleh sejumlah faktor, seperti gravitasi bulan, perubahan atmosfer, serta pergerakan di dalam inti cair Bumi.


Dalam beberapa dekade terakhir, Bumi menunjukkan tren percepatan rotasi yang tak lazim. Hal ini berlawanan dengan kecenderungan historis di mana hari-hari Bumi biasanya semakin panjang akibat perlambatan rotasi karena efek pasang surut.


Penelitian terbaru pada 2024 mengaitkan perubahan ini dengan mencairnya es kutub dan redistribusi massa laut. Namun, para ilmuwan menilai bahwa faktor tersebut cenderung memperlambat, bukan mempercepat rotasi.


“Penyebab pastinya belum diketahui,” ujar Leonid Zotov, pakar rotasi Bumi dari Universitas Negeri Moskwa. Ia menyebut bahwa model atmosfer dan laut saat ini belum cukup menjelaskan fenomena percepatan, yang mengindikasikan kemungkinan adanya pengaruh dari dalam inti Bumi.


Detik Kabisat Negatif Berpeluang Terjadi

Jika tren percepatan terus berlangsung, dunia kemungkinan harus menghapus satu detik dari waktu resmi global pada akhir dekade ini. Langkah tersebut dikenal sebagai detik kabisat negatif, dan belum pernah dilakukan sebelumnya.


Menurut Judah Levine dari National Institute of Standards and Technology (NIST), peluang penerapan detik kabisat negatif mencapai 40 persen sebelum 2035.


Sementara itu, Duncan Agnew, geofisikawan dari University of California, San Diego, menjelaskan bahwa variasi musiman juga turut berperan. Di musim panas, atmosfer melambat, yang dapat mendorong percepatan rotasi.


“Rotasi Bumi bukan hanya soal tren jangka panjang, tetapi juga dipenuhi fluktuasi yang tidak terduga,” ujarnya.


Implikasi terhadap Sistem Waktu Global

Fenomena ini tidak menimbulkan dampak langsung terhadap aktivitas manusia. Namun, bagi sistem navigasi satelit, komunikasi digital, dan layanan keuangan global yang bergantung pada waktu presisi tinggi, perubahan sekecil apapun dalam rotasi Bumi menjadi hal yang sangat krusial.


Hari terpendek pada 5 Agustus 2025 menjadi penanda bahwa Bumi adalah sistem dinamis yang terus berubah. Dunia ilmiah terus memantau dan meneliti fenomena ini demi menjaga akurasi sistem waktu serta memahami proses-proses geofisika yang berlangsung di dalam planet tempat kita berpijak (***) 

×
Berita Terbaru Update