Banyuasin, Banyuasin Pos - Menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sumatera Selatan, sekitar 79% wilayah provinsi ini telah mengalami Hari Tanpa Hujan (HTH) yang signifikan selama musim kemarau, bahkan mencapai 15 hari berturut-turut di beberapa daerah. Curah hujan pada sebagian besar wilayah Sumsel, termasuk Banyuasin, tetap rendah di bawah 50 mm per dasarian Juli 2025, sehingga ketersediaan air di sumber alami semakin menipis.(26/7/2025). Masyarakat Provinsi Sumatera Selatan, termasuk Kabupaten Banyuasin, saat ini sedang menghadapi krisis air bersih yang serius bersamaan dengan meningkatnya ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) seiring memasuki musim kemarau panjang tahun 2025.
Kondisi ini memperburuk keadaan masyarakat sehingga membuat sumur-sumur dan sumber air permukaan di Banyuasin banyak yang kering, terutama di desa-desa dalam beberapa Kecamatan, seperti kecamatan Banyuasin III, kecamatan Sembawa hingga daerah perairan seperti Sungsang, desa-desa seperti Tanjung Agung, Pangkalan Panji, Sukaraja, dan Pangkalan Balai yang menjadi episentrum krisis air.
Pasokan air dari PDAM terganggu akibat infrastruktur telalu tua dan rusak, sementara masyarakat harus mencari air bersih dari tempat yang semakin jauh dengan perjuangan berat.
Selain krisis air, BMKG memperingatkan bahwa potensi kebakaran hutan dan lahan meningkat drastis selama musim kemarau akibat durasi Hari Tanpa Hujan yang panjang dan curah hujan yang rendah.
Data menunjukkan adanya peningkatan signifikan titik panas (hotspot) yang adalah indikator kebakaran di wilayah Sumsel, termasuk di sekitar Banyuasin. Ancaman karhutla tidak hanya mengancam ekosistem dan lahan pertanian, tetapi juga kesehatan masyarakat karena paparan asap dan polusi udara yang berbahaya.
![]() |
ilustrasi kebakaran hutan dan lahan |
Prediksi BMKG terbaru hingga Mei 2025 menegaskan musim kemarau akan berlanjut sampai Agustus mendatang dengan karakteristik curah hujan rendah dan durasi kering yang panjang, sehingga warga Banyuasin diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap krisis air dan risiko kebakaran hutan yang melebar.
Masyarakat Banyuasin mendesak pemerintah dan PDAM segera memperbaiki infrastruktur air bersih yang rusak dan memperluas jaringan ke desa terpencil agar pasokan air lancar. Mereka juga mengharapkan bantuan air bersih yang rutin dan merata untuk meringankan beban, terutama bagi warga berpenghasilan rendah.
"Sebagai warga biasa yang "kulu-kilir" ke kebun "saro nian" tidak punya banyak uang beli "aek" meminta pemerintah untuk memberi bantuan dan solusi aek untuk kami". Ungkap K, seorang warga Pangkalan Balai yang tak ingin disebutkan namanya.
Di saat yang sama, Dia menginginkan penanganan karhutla yang lebih tegas dengan penguatan patroli dan edukasi pencegahan agar kebakaran tidak meluas dan memperparah kondisi kekeringan.
"Dimana-mana sudah terjadi kebakaran hutan, kami berharap ditempat kami itu tidak terjadi juge". Pungkas K, menambahkan keterangannya.
Kondisi ini menuntut sinergi kuat antara pemerintah daerah, PDAM, aparat penanggulangan bencana, dan masyarakat untuk mengelola sumber daya air serta menjaga lingkungan agar krisis air dan karhutla tidak semakin parah. Pengembangan infrastruktur air bersih, serta penguatan sistem deteksi dini dan patroli kebakaran menjadi langkah strategis yang tengah dijalankan.(***)
Langsung jadi yang terdepan dengan mengikuti berita dan artikel pilihan setiap hari di genggamanmu!
Gabung sekarang ke WhatsApp Channel Banyuasinpos.com—cukup klik https://whatsapp.com/channel/0029VbBHumrCnA7qJz2aaw2O, Rasakan sensasi dapat kabar tercepat—kapan saja, di mana saja! Jangan sampai ketinggalan, ayo join sekarang juga!