 |
| Ilustrasi |
Oleh: M. Iqbal Ratu Bangsawan, SH, MH
Kalau perusahaan itu ibarat rumah besar, maka IR (Industrial Relation) dan GA (General Affair) adalah dua penghuni yang paling sibuk tapi paling jarang kelihatan di foto keluarga. Kami bekerja di belakang layar, tapi kalau kami berhenti bergerak, suasana kerja bisa langsung kerasa dingin… atau panas, tergantung AC-nya nyala atau mati.
Saya sering mendengar orang mengira IR cuma urusan pasal, aturan, dan dokumen resmi. Padahal, kerja kami lebih mirip jadi “juru damai” dan “penyambung lidah” yang beroperasi di wilayah abu-abu. Pagi bisa jadi pendengar curhat karyawan yang merasa suaranya tak sampai ke ruang rapat, siang sudah duduk bareng serikat pekerja membicarakan hal-hal serius, dan sore berubah jadi penengah supaya beda pendapat tak meledak jadi konflik. Singkatnya, kami mengatur supaya hubungan kerja tetap sehat dan saling menghargai—walau kadang harus memutar otak lebih cepat dari kipas angin di ruang HR.
Di sisi lain, GA punya panggung yang lebih “fisik” tapi sama pentingnya. Kalau AC mati, listrik padam, kursi rapat jebol, atau dispenser mogok, semua orang akan mencari kami lebih cepat daripada mencari password Wi-Fi. Kami memastikan kantor aman, nyaman, dan bersih. Mengatur vendor, mengurus logistik, sampai memastikan tenda acara perusahaan tidak roboh saat hujan deras. GA itu seperti udara—kalau ada, semua santai; kalau hilang, semua panik.
Bekerja di IR dan GA itu seperti berdiri di jembatan yang menghubungkan manusia dengan sistem. Kadang kami memadamkan api, kadang kami mencegah api muncul. Bedanya, kalau sukses, semua mengira itu hal biasa; kalau gagal, semua langsung tahu.
Jadi, kalau Anda merasa bisa bekerja tenang, tidak terganggu kursi patah, atau hubungan antar kolega terasa harmonis, percayalah—ada dua tim yang diam-diam memastikan itu semua terjadi. Kami mungkin tidak ada di foto, tapi jejak kerja kami ada di setiap senyum karyawan yang pulang dengan hati lega (***)
